Ratusan Remaja Putri Operasi Kelamin Gara-gara Media Sosial
- Pixabay/Unsplash
VIVA.co.id – Sebuah fakta mengejutkan diungkapkan oleh seorang pakar ginekolog remaja Naomi Crouch. Ia membeberkan bahwa banyak anak gadis usia sembilan tahun yang telah melakukan labiaplasty atau operasi untuk memperbaiki bibir vagina.
Ia melanjutkan bahwa tren tersebut berasal dari pengaruh media sosial dan pornografi. Lebih lanjut, disebutkan dalam penelitian yang dilakukan Naomi bahwa berdasarkan survei pada remaja dan pra remaja wanita menyebutkan bahwa mereka ingin melakukan labiaplasty karena tidak suka dengan bentuk vagina dan organ intimnya.
Sementara itu menanggapi penelitian Naomi, seorang dokter senior Paquita de Zulueta menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, para remaja wanita telah khawatir dengan penampilan alat vital mereka.
"Saya melihat gadis-gadis muda berusia, 11, 12, 13 sambil berpikir ada sesuatu yang salah dengan vulva mereka, merasa bentuknya yang salah, ukuran yang salah, dan benar-benar mengungkapkan rasa jijik," kata De Zulueta seperti dilansir dari The Independent.
Dia juga menambahkan bahwa kenaikan kejadian tersebut adalah karena kesalahan pornografi dan media sosial. Dia juga berpendapat bahwa labiaplasty seharusnya hanya dilakukan pada anak perempuan yang memiliki kelainan medis.
"Kurangnya pendidikan dan ini harus dimulai sangat muda, menjelaskan bahw sama seperti wajah kita semua, kita semua terlihat berbeda di sana (vagina), dan tidak apa-apa," ujarnya.
Pada 2015 hingga 2016, lebih dari 200 anak perempuan berusia di bawah 18 tahun memiliki labiaplasty di NHS, dengan lebih dari 150 anak perempuan berusia di bawah 15 tahun.
"Saya merasa sangat sulit untuk percaya bahwa ada 150 anak perempuan yang memiliki kelainan medis yangmembuat mereka memerlukan operasi di labia mereka," kata dokter tersebut.
Infeksi Berulang
Industri ini juga dikritik karena mewajarkan prosedurnya. Menurut Christopher Inglefield, ahli bedah plastik dan kosmetik di klinik London Bridge, para wanita memiliki ketidaknyamanan yang signifikan dengan infeksi dan iritasi berulang karena labia yang membesar.
"Kasus paling ekstrem yang saya hadapi adalah seorang gadis di akhir remaja yang labianya tumbuh sangat besar sampai-sampai dia diejek dan mengatakan bahwa dia tampak seperti anak laki-laki. Dia sangat trauma dan kami harus mendapatkan persetujuan dari psikolog rumah sakit untuk terus menjalani operasi ini."
Inglefield menambahkan bahwa dia tidak tahu bagaimana dia menangani ketidaknyamanan yang akan dia alami selama bertahun-tahun. (ren)