Anfield, Bocah Difabel dengan 600 Karya Lukis
- VIVA.co.id/Bimo Aria
VIVA.co.id – Lewat media kanvas dan kuas dengan cat hitam di ujungnya, Anfield Wibowo begitu percaya diri menarik garis lurus, dan lengkung menjadi sebuah gambar. Bakat seni Anfield yang kini berusia 12 tahun, memang telah terlihat sejak usianya baru dua tahun.
"Pertama kali pegang pensil, saya sudah tahu dia sangat percaya diri. Saya buat titik dua, dia narik tanpa putus. Itu (usia) dua tahun kurang. Akhirnya saya buat titik ketiga, dia bikin segitiga dan dia gambar rumah," kata Doni Mardonius, ayah Anfield kepada VIVA.co.id di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu 17 Mei 2017.
Meski baru benar-benar mendalami melukis di atas kanvas sejak lima tahun lalu, hingga saat ini sedikitnya lebih dari 600 lukisan. Tapi siapa sangka, ternyata Anfield adalah seorang anak berkebutuhan khusus.
Anfield sejak lahir tidak mampu mendengar atau tunarungu. Dan dua tahun terakhir, hasil diagnosanya menunjukkan bahwa dia mengalami sindrom asperger atau autisme ringan.
"Kira-kira dua tahun lalu (Anfield alami) asperger. Sebelumnya baru indikasi karena anak ini unik, psikolognya bilang otak kanannya kuat, jadi antara seniman atau asperger tapi semakin besar, semakin kelihatan aspergernya," tutur Doni.
Sejak kecil, Doni menjelaskan, Anfield belajar seni melukis secara otodidak. Meski sempat ditawarkan seni lain seperti musik atau olahraga sepakbola, seni lukis seolah telah menjadi cara Anfield mengekspresikan diri.
"Jadi dia otodidak, ada gurunya tapi hanya nemenin, dia tidak bisa disentuh. Dia enggak bisa digangguin, dia harus bebas. Misal gambar gedung, dia bisa selesaikan besok, atau baru dia bikin bulan depan karena diendapkan di dalam otaknya, baru diolah," ujar Doni, menjelaskan.
Tema lukisannya pun sangat luas. Itu karena menurutnya, anaknya tersebut memiliki imajinasi yang sangat tinggi.
"Dengan melukis, dia bisa meluangkan ide, visi, misi, narasi yang menunjukkan itu belahan dirinya," ucapnya.