Sampah Sedotan di Indonesia Setara Jarak Jakarta ke Meksiko
- Pixabay/CC0 Public Domain
VIVA.co.id – Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Menurut data yang diperoleh dari Jambeck 2015, sampah plastik di laut Indonesia mencapai 1,29 juta ton per tahun.
Salah satu yang terbanyak adalah sampah plastik dalam bentuk sedotan. Diperkirakan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang.
"Itu berasal dari restoran, minuman kemasan dan sumber lainnya (packed straw)," kata Swietenia Puspa Lestari, pengagas Divers Clean Action (DCA), saat konferensi pers #NoStrawMovement KFC Indonesia, di KFC Kemang, Jakarta Selatan, Selasa, 9 Mei 2017.
Jumlah tersebut, kata dia, setara dengan 16.784 kilometer atau sama dengan dengan jarak yang ditempuh dari Jakarta ke Mexico City. Sedangkan, jika dihitung per minggu maka pemakaian sedotan mencapai 117.449 km atau setara dengan tiga kali keliling bumi.
Secara khusus, dia bersama dengan Divers Clean Action juga menemukan bahwa di Kepulauan Seribu, rata-rata terdapat 16 kilogram sampah di tiap 100 m2 perairan laut sekitaran Pulau Pramuka di kedalaman 5-13 meter, dan ditemukan rata-rata 18 kg sampah di tiap 100 meter garis pantai.
"Dari keseluruhan data setelah digabungkan ternyata jumlah sampah sedotan mencapai 2,66 persen dari total lebih dari 300 kilogram sampah yang terangkut dan terhitung dengan jelas," kata dia.
Hal ini tentu sangat disayangkan karena berimbas pada perusakan lingkungan luat dan terumbu karang. Menurut data dari United Nations Development Programme (2016), dari total luas terumbu karang di Indonesia yang mencapai 2,5 juta hektar, ternyata 68 persen kualitas terumbu karangnya buruk.
"Sementara di Teluk Jakarta hanya 2 persen dari terumbu karang yang dalam kondisi baik akibat pencemaran dan limbah plastik di laut. Padahal lndonesia adalah penyumbang terumbu karang terbesar mencapai 76 persen di Coral Triangle dunia dan merupakan pusat keanekaragaman jenis terumbu karang dunia," tutur dia.
Hal itu sangat mengkhawatirkan karena sedotan plastik dapat mengganggu kehidupan ekosistem laut, seperti kasus hidung penyu yang tersangkut sedotan ditemukan di Costa Rica.
"Sedotan plastik sendiri juga terbuat dari polypropylene dan didisain untuk tahan seumur hidup sehingga butuh waktu yang sangat lama untuk dapat hancur dan terurai" kata dia.
Untuk itu, dia mengajak masyarakat Indonesia untuk mengurangi penggunaan bahan plastik sekali pakai. Ini demi menyelamatkan laut dan kehidupan di dalamnya.