Mewaspadai Bencana dengan Ilmu Titen

Aparat dan warga saat menangani bencana di Magelang.
Sumber :
  • VIVA.co.id

VIVA.co.id – Kemajuan teknologi tak lantas sepenuhnya membantu masyarakat di berbagai daerah dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam. Namun ilmu tradisional masyarakat setempat justru kerap membantu warga terhindar dari bencana yang sewaktu-waktu terjadi. 

Kemendikbudristek Perkenalkan Subak Bali dan Jalur Rempah di WWF Lewat Kemah Budaya

Di wilayah Jawa, tradisi antisipasi bencana ini disebut dengan “Ilmu Titen”. Cara ini bahkan diakui ampuh menanggulangi bencana di saat keterbatasan alat peringatan dini bencana atau early warning system di daerah rawan bencana.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana, gerakan warga melalui ilmu titen telah banyak membantu masyarakat Jawa Tengah dalam kejadian bencana alam. Gerakan memukul-mukul kentongan sebagai ganti sinyal terbukti efektif saat bencana letusan gunung berapi beberapa waktu lalu.

Kearifan Lokal Desa Sudaji Dongkrak Kunjungan Wisman ke Bali Utara

"Kita sangat terbantu ketika masyarakat mengetahui gunung berapi memuntahkan larvanya. Warga begitu sigap berkumpul di ruang terbuka. Mereka ternyata hanya digerakkan oleh suara kentongan yang berulang kali dibunyikan sebagai ganti sinyal bahaya," ujar Sarwa, Minggu, 7 Mei 2017.

Kasus lain, lanjut Sarwa, masyarakat sebenarnya telah mahir mendeteksi bencana melalui gejala-gejala alam yang muncul di daerahnya. Seperti halnya jika potensi tanah longsor akan terjadi. Masyarakat bisa mendeteksinya dengan gejala rekahan di ladang persawahan, aliran mata air keruh serta munculnya binatang-binatang liar dari hutan ke kampung.

Maxstream Angkat Konten Bernuansa Kearifan Lokal

"Ketika ada letusan Gunung Slamet hingga banjir bandang. Ada ilmu titen yang difungsikan lagi, mulai air terjun Baturraden yang mendadak menghangat, suara gamelan tanpa penampakan fisik dan masih banyak lagi," katanya.

Keterbatasan Pemerintah

Dari berbagai pengalaman itu, Sarwa puun menegaskan bahwa gerakan warga lewat ilmu titen ini sangat efektif mendeteksi potensi bencana di tengah kemajuan teknologi modern. Terlebih pemerintah sendiri memiliki keterbatasan menyediakan alat pendeteksi bencana di sejumlah daerah. 

Lebih jauh, Sarwa mengingatkan agar warga di wilayah rawan bencana di Jateng untuk terus waspada saat cuaca ekstrem seperti saat ini. Warga di areal rawan bencana pun diminta terus memperkuat koordinasi dengan perangkat pemerintah daerah agar bencana alam dapat dideteksi sejak dini.

"Langsung laporkan ke satuan SAR atau BPBD bila ada tanda-tanda bencana. Warga jangan menunggu, langsung mengevakuasi diri ke tempat yang aman sehingga jumlah korban dapat diantisipasi," ujar Sarwa. (ren)

Kenduri Swarnabhumi 2024

Kenduri Swarnabhumi 2024 Diyakini Dorong Kelestarian Sungai Batanghari dan Kearifan Lokal

Kenduri Swarnabhumi, rangkaian kegiatan kebudayaan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari memasuki tahun ketiga sejak pertama kali digelar pada 2022.

img_title
VIVA.co.id
10 Juni 2024