Generasi Milenial, Pilih Beli Ponsel Baru Daripada Rumah

Ilustrasi smartphone
Sumber :
  • Pixabay/Rieo

VIVA.co.id – Memiliki rumah sendiri pasti menjadi impian semua orang, khususnya keluarga muda. Akan tetapi banyak pula masyarakat yang tidak terlalu menganggap penting memiliki rumah sendiri.   

Pungutan BPHTB dan PGN Dibebaskan untuk Bangun Hunian MBR, Menteri Ara Apresiasi Pemda Sudah Ikhlas

Menurut Country General Manager situs Rumah123.com, Ignatius Untung, persepsi masyarakat harus diubah dengan mengedukasi bahwa memiliki rumah sendiri itu sangat penting mengingat ketersediaan lahan yang sedikit dan harga yang terus melambung.

Untung menyebut, terdapat beberapa tipe karakter, yang membuat orang masih enggan untuk membeli rumah. Tipe pertama, ia sebut pembeli potensial,  yaitu orang yang sebenarnya mampu membeli rumah, tapi belum memiliki rumah sendiri lantaran lebih condong meningkatkan gaya hidup.

Meriahnya Central Property Festival 2024, Buka Kesempatan Emas Miliki Hunian Idaman di Batam

"Orang ini sebenarnya mampu beli rumah. Tapi dia lebih memilih beli ponsel terbaru atau mobil karena alasan gaya hidup. Dia lebih memilih bagaimana orang akan melihat dia kalau dia punya barang itu," ujarnya di Jakarta, Rabu, 3 Mei 2017.

Mereka lebih memilih membeli barang-barang bermerek untuk mengejar gengsi. "Lebih ke gengsi. Kalau ponsel atau mobil kan bisa dibawa ke mana-mana, tapi kalau rumah kan tidak bisa," ucapnya.

Suswono Pilih Dialog Hadapi Konflik Agraria di Jakarta

Kedua, lanjutnya, tipe orang yang ingin terus menyenangkan keluarganya. Tipe orang ini akan berfikir ribuan kali untuk memutuskan komitmennya membeli rumah lantaran takut tidak dapat menyenangkan anak dan istrinya dengan kebutuhan yang konsumtif.

"Orang yang pengennya menyenangkan anak istri daripada beli rumah. Meskipun sudah mampu beli, tapi dia ingin setiap  minggu ajak jalan-jalan keluarganya, makan di restoran, atau keluar negeri," ucapnya.

Padahal, katanya, biaya keluar negeri cukup mahal. Tipe ini berpikir bahwa kalau komitmen beli rumah berarti dia harus menekan keuangan mereka dan anaknya, padahal memiliki rumah juga untuk membahagiakan keluarga.

Selain itu, generasi milenial atau generasi kelahiran 1990-an masih berpikir belum ingin memprioritaskan beli rumah. Menurutnya, generasi milenial memiliki cara pikir berbeda. Kebanyakan dari mereka belum bisa memikirkan secara jangka panjang.

"Kalau ditanya mau apa kamu 10 tahun mendatang mereka tidak bisa jawab. Mereka lebih cenderung pada progres. Bukan destination tapi the journey," tuturnya.

Dengan demikian, kata Untung, pemenuhan kebutuhan rumah masyarakat Indonesia, di samping melalui regulasi subsidi tapi juga perlu edukasi masyarakat terhadap perumahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya