Kerja Sama dengan Prancis, Angin Segar Bagi Perfilman Lokal
- Viva.co.id/ Rintan Puspitasari
VIVA.co.id – Majunya industri perfilman Prancis, ditandai dengan Festival Film Cannes yang menjadi kiblat bagi para insan perfilman dunia. Sehingga, Badan Ekonomi Kreatif, atau Bekraf bekerja sama dengan Pusat Nasional Perfilman dan Animasi Prancis (CNC).
Salah satu agenda kerja sama yang dibahas adalah pengembangan salah satu subsektor perfilman antara Indonesia dan Prancis.
Kerja sama ini, tentunya akan menjadi angin segar bagi para sineas Indonesia. Salah satunya, agar bisa memiliki jaringan dengan insan Perfilman dunia.
"Tidak hanya di perfilman saja. Orang perfilman kami, memungkinkan ikut membiayai produksi film yang akan berlaku di seluruh dunia termasuk Indonesia," kata Presiden Prancis, François Hollande, dalam acara Creative Economy and Cultural Industries in a Digital World, di Hotel Harris Vertu, Jakarta Pusat, Rabu malam, 29 Maret 2017.
Ia menambahkan, satu kerja sama produktif akan dilaksanakan. Dia mengakui, Prancis memiliki sejumlah festival (film), tidak hanya yang terkenal, dan biasanya festival itu menerima film dari seluruh dunia. Karenanya, ia berharap, Indonesia bersedia menghadiri festival film di Prancis, agar lebih dikenal.
Sementara itu, artis senior Christine Hakim mengatakan, dengan adanya kerja sama ini akan menjadi kabar baik bagi perfilman Indonesia. Terlebih, dengan akan digelarnya Festival Film di Bali, kerja sama dengan Prancis, yang diharapkan akan menjadi festival terpenting di Asia.
"Saya beberapa kali ke Cannes Film Festival pertama tahun 85, sebagai observer. Saya melihat, akhirnya saya berpikir, kalau orang Nasrani, orang Katholik pergi ke Lourdes. Orang Muslim ke Mekah. Orang film ke Cannes Film Festival. Jadi, it's like Holly City," ujarnya kepada VIVA.co.id ditemui di lokasi yang sama.
Sedangkan Endah Wahyu Sulistianti dari Bekraf berharap, dengan adanya kerja sama ini bisa mendorong Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perfilman Nasional.
Wujud pertama kerja sama Indonesia Prancis dalam hal ini adalah dengan diberikannya subsidi Aide aux cinémas du Monde pada film terbaru Mouly Surya, sutradara perempuan pertama peraih piala Citra.
"Kita mengerjakan proyek ini dua tahun lamanya. Melihat pasar, pergi ke Tokyo, Busan, akhirnya bertemu Isabelle. Ketemunya di belakang rumah, minum kopi, saya cerita,dan katanya ini suatu ide menantang. Budayanya sangat spesifik, mengenai seorang perempuan, janda, dan suatu hari perampok datang ke rumahnya, mereka ingin merampok dirinya. Itu premis filmnya," kata Mouly Surya, sutradara film Marlina The Murderer, kepada VIVA.co.id ditemui di tempat yang sama.
Sama seperti Christine Hakim yang menganggap Festival Film Cannes sebagai kiblat bagi insan Perfilman dunia, sutradara terbaik dalam FFI 2008 ini, juga menilai Festival Film Cannes merupakan kesempatan sineas Indonesia untuk bisa berjejaring dengan insan perfilman dunia. (asp)