Minat Baca Orang Indonesia Rendah, Apa Sebabnya?

Anak membaca.
Sumber :
  • Pixabay/falovely

VIVA.co.id – Berdasarkan studi Most Literated Nation in The World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat 60 dari 61 negara soal minat membaca.

5 Tips Ampuh Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak Usia Dini

Indonesia persis berada di bawah Thailand yang berada di peringkat 59 dan di atas Bostwana di peringkat 61.

"Kalau bicara tentang literasi itu dari indeks budaya baca, dari keterampilan mengenal huruf, kata dan kalimat, hubungan sebab akibat, dan keterampilan menyatakan pendapat," kata Kepala Perpusatakaan Nasional RI Muh Syarif Bando, dalam acara bertajuk 'Membaca dari Generasi ke Generasi’ di Kafe BCA, Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Maret 2017.

Gandeng Sejumlah Kampus di Indonesia, Maxnovel Tumbuhkan Minat Baca Melalui Karya Fiksi

Sedangkan untuk indeks literasi itu, menurut Syarif, berbicara tentang kemampuan mengumpulkan sejumlah informasi yang kemudian diolah untuk mendukung profesinya, dan memahami apa yang tersirat dan tersurat.

"Jadi dia mengkomunikasikan dari apa yang dia baca sehingga juga mampu memanfaatkan pengetahuan yang kita dapat. Kita ini tidak banyak memproduksi," ujar Syarif.

Miris Minat Baca Orang Indonesia Rendah, Cuma 1 dari 1000 Orang yang Suka Baca

Lebih jauh, dia juga menjelaskan bahwa hanya mempersoalkan indeks literasi di Indonesia adalah suatu yang keliru. Hal ini menurutnya hanyalah akibat dari sulitnya akses ke bahan-bahan bacaan.

"Mempersoalkan indeks literasi itu akibat. Tapi penyebabnya ialah budaya baca indonesia sangat tinggi, tapi daftar antre di daerah itu tinggi, dan bahan yang mau dibaca tidak ada," ucap dia.

Syarif melanjutkan, di Indonesia, meski 70 persen perpustakaan sudah memiliki saran dan fasilitas yang cukup baik, tapi semua itu hanya berpusat di pulau Jawa. Sedangkan sisanya, di luar Pulau Jawa, menurutnya, memiliki kondisi yang memprihatinkan.

"Jadi normalnya itu kan satu orang dua bahan bacaan. Sementara (di daerah) satu buku itu bisa diantri sampai 50 orang," kata dia.

Hal terpenting yang mesti diubah, menurutnya ialah dengan memastikan jumlah bahan bacaan serta kemudahaan akses bagi masyarakat di pelosok Indonesia untuk mendapatkan bahan bacaan.

"Jadi yang terpenting itu bagaimana supply buku ini tersedia di daerah," Syarif menambahkan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya