Wow, Gasing Raksasa 400 Kg Ada di Jakarta, Berani Main?

Gasing Raksasa di Pameran Permainan Tradisional.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria

VIVA.co.id – Bagi sebagian anak yang tumbuh dengan beragam permaianan tradisional, gasing ialah suatu permainan yang akrab di banyak masyarakat saat itu. Bahkan, hampir tiap daerah memiliki nama gasing tersendiri dalam penyebutannya, ada yang menyebutnya gangsing, gasing, dan juga ponggol.

Kampung Lali Gadget, Bikin Anak-anak Lupakan Gadget dan Beralih pada Permainan Tradisional

Tapi ada sebuah gasing unik yang turut dipamerkan dalam pameran bertajuk Menyelami Kegairahan Masa Kecil, yang digelar di Bentara Budaya, mulai dari 22-28 Februari 2017. Sebuah gasing berkuruan super besar seolah menyambut pengunjung yang masuk gedung tempat dipamerkannya beragam permainan tradisional tersebut.

Gasing dengan tiga warna dasar itu, memiliki nama gasing Jeru Tridaru atau gasing tiga dewa. Tidak sekadar nama, penamaan itu juga memiliki maksud tersendiri.

Cara Starbucks Perkenalkan Kembali Permainan Tradisional Indonesia

"Gasing Jeru Tridatu, tiga warna atau tiga dewa, warna merah putih itu mengibaratkan dewa pencipta, pemelihara, dan pemusnah," kata Endi Aras pendiri Komunitas Gudang Dolanan, komunitas kolektor mainan tradisional.

Tidak main-main, gasing super besar ini memiliki berat empat ratus kilogram dengan lebar diameter dua meter dan memiliki tinggi kurang lebih 170 sentimenter. Menurut Endi, pembuat gasing ini ialah Puti Ardhana dari Bali.

Ada Acara Tak Biasa di HUT ke 25 PAN

Dia menyebutkan, untuk membuat gasing ini berputar, dibutuhkan kurang lebih 10-15 orang untuk menarik tali yang juga tidak kalah panjang itu.

"Paling lama itu pernah sampai 25 menit, jadi semakin banyak semakin lama."

Gasing Raksasa di Pameran Permainan Tradisional

Endi juga menjelaskan, gasing sendiri memiliki filosofi yang begitu dalam tentang kehidupan manusia. Putaran gasing yang seimbang, menurutnya berarti keseimbangan dalam hidup, antara jasmani, dan rohani.

"Kenapa gasing bisa putar lama karena dia seimbang, sama seperti kehidupan kalau seimbang antara jamsmani dan rohani akan hidup panjang kemudian," ungkap dia.

Kemudian, ada juga yang memahami bahwa layaknya gasing, kehidupan juga mesti terus berputar, agar kelak tidak jatuh. "Yang kedua kita harus bergerak. Selama bergerak kita akan hidup dalam keadaan apa pun, kalau berhenti kita akan mati," tambahnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya