Cara Buat Losion Penolak Nyamuk Buatan Sendiri, Dijamin Aman Pakai Bahan Alami

Ilustrasi spray nyamuk.
Sumber :
  • Pixabay/Chezebeate

Jakarta, VIVA – Meski nampak sepele, nyamuk bisa sangat menjengkelkan ketika menggigit. Selain menimbulkan gatal, gigitan jenis nyamuk tertentu bahkan bisa berdampak pada kesehatan, seperti penyakit DBD atau demam berdarah

1.416 Kasus DBD Tercatat di Jakarta Sejak Awal Tahun 2025, Jakbar Tertinggi

Kementerian Kesehatan RI mencatat, awal tahun ini sampai dengan 3 Februari 2025, sebanyak 6.050 kasus dengue secara nasional dilaporkan, dengan Incidence Rate (IR) 2,14/100.000 penduduk, dan kematian akibat dengue sebanyak 28 kasus dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,46 persen. Scroll untuk info selengkapnya, yuk!

Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, mengatakan, dengue adalah ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia. Kasusnya selalu ada sepanjang tahun dan cenderung meningkat di musim hujan.

Penyakit Misterius Bunuh Lebih dari 50 Orang di Kongo Usai 48 Jam Tunjukkan Gejala, Apa Penyebabnya?

“Masyarakat harus aktif berperan salah satunya dengan menerapkan 3M Plus (menguras-menutup-mendaur ulang-plus berbagai upaya mencegah gigitan nyamuk),” ujar dr Ina. 

Ilustrasi nyamuk.

Photo :
  • Pexels/icon0.com
Tips Jitu Menghindari Gangguan Nyamuk Saat Hujan dengan Bahan Sederhana

Nah, untuk mencegah gigitan nyamuk, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menggunakan losion penolak nyamuk. Ternyata, kita bisa membuatnya sendiri di rumah dengan memanfaatkan bahan-bahan alami. Bagaimana caranya? Berikut langkah-langkahnya, dilansir Healthy Food House, Senin 17 Maret 2025. 

Bahan-bahan:

10 tetes minyak lemon eucalyptus

15 tetes minyak lavender

1/4 cangkir perasan lemon

4 sendok makan ekstrak vanilla

Cara membuat:

Dalam botol 16 oz atau sekitar 400 ml, campurkan semua bahan di atas dan isi dengan air. Kocok botol dengan baik. Losion penolak nyamuk siap digunakan. 

Data menunjukkan, 47 persen kasus dengue atau DBD terjadi pada anak dan remaja, dengan 12 persen terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun dan 35 persen pada usia 5-14 tahun. 

Lebih mengkhawatirkan lagi, kematian tertinggi juga terjadi pada kelompok usia ini, yaitu 45 persen pada anak usia 5-14 tahun dan 21 persen pada anak usia 1-4 tahun. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya