Spesialis Kejiwaan ini Ungkap Alasan Kenapa Banyak Generasi Sandwich Banyak yang Stres

Ilustrasi generasi sandwich
Sumber :
  • sikapiuangmu.ojk.go.id

Jakarta, VIVA – Belakangan ini istilah generasi sandwich cukup ramai diperbincangkan di media sosial. Generasi sandwich ini menggambarkan kondisi seseorang yang harus menghidupi tiga generasi keluarganya, yaitu orang tua, dirinya sendiri dan anaknya.

Sambangi KPK, Dr Tirta Diminta Lakukan Ini

Spesialis kejiwaan, dr. Elvine Gunawan, Sp.KJ dalam video singkatnya mengungkap tentang mengapa pada akhirnya generasi sandwich mengalami masalah kesehatan mental. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Dia mengungkap sejak sekolah anak-anak tersebut sudah diwanti-wanti untuk menjadi sukses oleh orang tuanya. Sehingga nantinya mereka bisa membantu keuangan keluarga di kemudian hari.

Usia Muda, Tapi Sering Lupa? Ini 8 Kebiasaan yang Harus Dihindari

Generasi Sandwich

Photo :
  • Istimewa

"Sekolah yang sukses ya nak, nanti kalau udah lulus jangan lupa bantuin ibu, bapak bayarin (sekolah) adik-adiknya. Jangan lupa kita masih punya hutang, nanti kalau sudah lulus dibantu ya keluarga kita. Anak sekarang nanya 'emang siapa yang minta adik?' ya bener dong 'kenapa saya yang harus jadi tanggung jawab?'," kata dia dikutip dari akun instagram miliknya.

Pekerja Sektor Keuangan di Indonesia Alami Stres, Ini 3 Faktor utamanya

Dia menambahkan, dengan sikap kritis yang dimiliki oleh anak-anak generasi saat ini, jangan salahkan jika banyak dari mereka yang mengutarakan ketidak inginannya untuk menjadi generasi sandwich.

Bahkan diungkapnya, banyak pasien-pasiennya yang mengeluhkan ketidaksukaannya terhadap kenyataan bahwa mereka harus menjadi sandwich generation.

Ilustrasi Sandwich Generation

Photo :
  • freepik.com/brgfx

Padahal dia sendiri, kata dr. Elvine ingin sekali bisa memiliki kehidupan tanpa harus memiliki beban berat tersebut.

"Jadi jangan salahkan anak kita ketika berpikir kritis, mereka jadi berpikir 'kenapa saya yang jadi harus ikut nanggung hidup adik-adik saya. Padahal saya ingin nikah dok, ingin nyicil rumah, pengen nyicil motor' pengen nyicil apa. Wajar kan mereka berpikir begitu? kalaupun saya enggak dimodalin orang tua saya, izinkan saya membiayai diri saya sebagai modalitas saya bekerja. Lah ini harus nyicil belakang-belakangnya," ujarnya.

Dia juga mengungkap tak mengherankan jika saat ini banyak anak-anak yang menjadi stress.

Seperti contoh saat ini banyak orang tua yang terlalu banyak informasi yang harus dia lakukan di masa depan yang seharusnya tidak perlu diketahuinya di usianya yang masih sekolah.

"Jadi sandwich generation ini bukan isu yang sederhana, karena kadang ada lagi ibunya yang rajin pinjem online kemana-mana, bapaknya juga sama yang bayar siapa? anaknya. Jadi rasanya saya bilang wajar anak-anak sekarang stress kenapa karena banyak hal yang seharusnya mereka tidak perlu tau di usia segitu, tapi terlalu banyak tau," ujarnya.

Alhasil, lantaran terlalu banyaknya paparan informasi yang seharusnya tidak perlu diketahuinya di usia tersebut.

Membuat anak-anak tersebut akhirnya ketakutan untuk menghadapi masa depan. Sebab dia takut tidak bisa menjadi sukses dan tidak bisa membantu keluarganya.

"Sehingga ketika mereka menjadi dewasa menjadi takut, lagi kuliah ketika lulus takut bisa dapat kerjaan enggak yah? karena dari kecil doanya biar anak saya bisa sukses, kerja ikut bantu menghasilkan uang untuk keluarga," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya