Mengenal Five Stages of Grief dalam Psikologi: Memahami Proses Sedih-Kecewa Secara Ilmiah

Ilustrasi pria sedih.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

Jakarta, VIVA – Mengalami kesedihan seperti kehilangan bukanlah hal yang mudah, entah kehilangan orang terkasih, pekerjaan, atau aspek penting lainnya dalam hidup, proses berduka adalah pengalaman yang penuh emosi dan komplek.

Trauma Hubungan Masa Lalu Bisa Merusak Percintaan Sekarang, Kenali 4 Tanda dan Cara Mengatasinya Berdasarkan Psikologi

Dilansir psychcentral.com, dalam psikologi proses memahami kekecewaan dan sampai rasa berduka dikenal dengan istilah "Five Stages of Grief" atau Lima Tahapan kesedihan.

Teori ini dikembangkan oleh psikiater asal Swiss-Amerika, Elisabeth Kübler-Ross pada tahun 1969, teori ini menjelaskan pemahaman mengenai perjalanan emosi yang umumnya dialami seseorang saat mengalami kehilangan.

Marion Jola Kena Kritik Lagi dari Dosen Komunikasi UPH: Harusnya Jurnalis Aja yang Interview

1. Denial (Penyangkalan)

Denial atau penyangkalan menjadi tahap pertama seseorang yang sering dialami seseorang saat merasa sedih, dalam fase ini, individu mungkin merasa sulit untuk menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai telah pergi atau kehilangan yang dialami benar-benar terjadi.

Psikolog Anak Beberkan Faktor Penyebab Remaja Bunuh Ayah-Nenek di Lebak Bulus

Seperti berduka adalah emosi yang luar baisa, tak  jarang seseorang erespons perasaan yang kuat dan sering kali tiba-tiba dengan berpura-pura bahwa kehilangan atau perubahan tersebut tidak terjadi.

Tak jarang seseornag merespons perasaan yang kuat dan sering kali tiba-tiba dengan berpura-pura bahwa kehilangan atau perubahan tersebut tidak terjadi.

Dilansir Psychology Today, Menurut psikolog Dr. Alan D. Wolfelt, penyangkalan ini terjadi sebagai cara untuk menahan guncangan emosional, membantu individu menjalani momen-momen awal yang penuh keterkejutan.

2. Anger (Kemarahan)

Kemarahan adalah bentuk pelampiasan emosi. Kemarahan sering kali menyembunyikan berbagai perasaan dan rasa sakit yang Anda alami.

Kemarahan bisa diarahkan kepada diri sendiri, orang lain, bahkan pada Tuhan atau takdir. Ini  adalah reaksi alami saat menghadapi ketidakadilan dari sebuah kehilangan.

Anda mungkin bahkan melampiaskan kemarahan pada benda mati. Meski otak rasional Anda tahu bahwa objek kemarahan Anda tidak bersalah, perasaan saat itu terlalu intens untuk dikendalikan.

Saat kemarahan mulai mereda, Anda mungkin mulai berpikir lebih rasional tentang apa yang terjadi dan merasakan emosi yang sebelumnya ditekan.

Dr. Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya On Death and Dying menyebutkan bahwa kemarahan merupakan ekspresi emosi yang memungkinkan individu merasa bahwa mereka memiliki kendali, bahkan dalam situasi yang terasa di luar kendali.

3. Bargaining (Tawar-Menawar)

Di tahap tawar-menawar, Anda mungkin mulai membuat banyak pernyataan "seandainya" atau "jika saja". Ini adalah cara untuk menahan rasa sakit yang mungkin menunda perasaan sedih, bingung, atau terluka.

Pada tahap ini, orang yang religius mungkin mencoba membuat kesepakatan atau janji dengan Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan penyembuhan atau kelegaan dari duka dan rasa sakit.

Psikolog Dr. Pauline Boss dalam bukunya American Psychological Association tahun 2018, fase tawar-menawar ini sebagai bentuk perjuangan antara menerima kenyataan dan harapan yang tidak realistis.

4. Depression (Depresi)

Saat individu menyadari bahwa kehilangan tersebut adalah kenyataan yang tidak bisa diubah, mereka memasuki tahap depresi. Ini adalah fase di mana seseorang merasakan kesedihan yang mendalam, perasaan kehilangan harapan, dan keputusasaan.

Jika Anda merasa terjebak di sini atau sulit melewati tahap ini, Anda bisa berkonsultasi dengan pakar kesehatan mental atau seorang terapis agar dapat membantu Anda melalui masa ini.

5. Acceptance (Penerimaan)

Tahap terakhir adalah penerimaan, di mana individu mulai menerima kenyataan kehilangan tersebut. Ini bukan berarti mereka melupakan atau tidak merasakan kesedihan lagi, melainkan Anda mulai menemukan cara untuk melanjutkan hidup dengan keadaan baru dan mengerti pentingnya dalam hidup Anda sekarang.

Anda mungkin merasa sangat berbeda pada tahap ini, dan itu adalah hal yang wajar. Anda telah mengalami perubahan besar dalam hidup, dan itu memengaruhi perasaan Anda terhadap banyak hal.

Kubler-Ross menjelaskan bahwa penerimaan bukanlah akhir dari kesedihan, tetapi lebih sebagai tahap di mana seseorang belajar untuk hidup berdampingan dengan kenyataan baru. Ini adalah proses menemukan kedamaian dengan kehilangan yang dialami

Tambahan Dua Tahap

Seiring waktu, dua tahap lagi ditambahkan sehingga menjadi tujuh tahap. Akan tetapi, penambahan dua tahap ini tidak selalu mencerminkan pengalaman setiap individu.

Dilansir healthline.com Tahap berikutnya yakni tahap Reconstruction and working through (Rekonstruksi dan Penyelesaian), dan tahap Acceptance and hope (Penerimaan dan Harapan).

Pada tahap rekonstruksi dan penyelesaian, seseorang mulai membangun kembali hidupnya setelah melewati rasa sakit mendalam dari kehilangan. Emosi yang intens seperti kemarahan, penyangkalan, dan depresi telah berangsur-angsur berkurang, dan individu kini mampu berpikir lebih jernih.

Ini adalah saat di mana seseorang mulai menyusun kembali rutinitas, menata kembali tujuan hidup, dan mencari solusi untuk melanjutkan kehidupan dengan lebih baik stabil.

Sedangkan tahap  penerimaan dan harapan adalah saat di mana individu mulai menerima kenyataan kehilangan sebagai bagian dari hidupnya dan menemukan cara untuk melihat masa depan dengan optimisme.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya