Gen Z, Jangan Ketinggalan! Ini Dia Trik Lolos Seleksi Kerja Zaman Now

Seminar 2nd Internastional Conference on Psychology and Interdisiplinary Behavioural Studies (ICP-IBS).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)

Depok, VIVA – Generasi Z atau Gen Z kerap menjadi momok bagi perusahaan untuk mempekerjakan mereka. Pasalnya mereka dianggap cenderung ingin bekerja dengan cara sendiri dan memiliki ego yang tinggi. Kelebihan dari Gen Z memang diakui memiliki kecerdasan yang lebih dibanding dari generasi sebelumnya. Namun kekurangan Gen Z adalah dianggap lemah atau dikenal dengan istilah generasi strawberry. 

59% Gen Z dan Milenial Gunakan Paylater Untuk Atur Keuangan, Kok Bisa?

Psikolog Universitas Pancasila (UP) Dr. Ayu Dwi Nindyati mengatakan Gen Z perlu mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja. Mulai dari skill, harapan hingga bagaimana menjadi resiliance. “Iya banyak meme di dunia perusahaan yang menolak (mempekerjakan Gen Z). Dia (perusahaan) berfikir lebih baik mempekerjakan orang yang sudah pensiun daripada mempekerjakan Gen Z,” katanya usai acara 2nd Internastional Conference on Psychology and Interdisiplinary Behavioural Studies (ICP-IBS), Rabu 13 November 2024.

Dikatakan bahwa Gen Z terlahir dalam dunia terknologi yang sangat maju dan berkembang sangat cepat. Sehingga pendidikan baik secara formal maupun dalam keluarga sangat penting menjadi bekal sebelum Gen Z berhadapan dengan situasi dunia kerja.

80% Penumpang Gen Z dan Milenial, Begini Cara KAI Pikat Hati Anak Muda

“Dia lahir dalam dunia teknologi, nggak bisa dipungkiri juga. Sehingga kita yang harus membekali dia sebelum dia masuk ke masyarakat. Dari keluarga, dari pendidikannya, dari sekolahnya. Itu yang harus membekali dia bagaimana sih dia bisa berinteraksi dengan orang dewasa di sekitarnya. Karena sudah bukan lagi dia centernya donk ketika masuk dunia kerja, ada orang lain yang juga harus dia pertimbangkan ketika dia mengambil kesimpulan dan keputusan,” bebernya.

Milenial dan Gen Z Wajib Punya Gadget Ini, Dijamin Enggak Nyasar

Wakil Dekan II Fakultas Psikologi UP itu menuturkan bahwa penerapan adab dalam kemajuan teknologi saat ini juga tidak kalah penting. Sehingga di Kampus UP bekerjasama dengan lembaga bahasa dalam rangka membangun adab.

“Ini termasuk upaya untuk menertibkan adab. Misalnya penggunaan kata ‘saya’, kata ‘aku’. Bahkan kadang kata-kata yang ngga pas bisa terucap dalam situasi. Nah ini yang menjadi tugas kita di dunia pendidikan,” ungkapnya.

Dengan segala persiapan dan bekal yang dimiliki Gen Z maka mereka tidak lagi disebut sebagai generasi strawberry. Dengan keahlian yang dimiliki dan adab, maka Gen Z akan menjadi generasi yang mumpuni secara ilmu namun juga kuat secara mental.

“Jadi mungkin bukan lagi generasi strawberry, tapi bisa jadi jambu kristal ya barangkali yang terlihat depannya bagus tapi dalamnya juga renyah, taft. Nah ini karakter personalnya ya harus kuat. Ketika dia harus tahan banting, dia juga harus melihat saat ini saya sedang terbentuk nih, saya sedang dididik menuju akan bekerja bahwa semua tidak bisa semau saya,” katanya.

Dengan kata lain, Gen Z selain juga harus mengurangi ego dalam dirinya masing-masing saat masuk ke dunia kerja. Karena dalam dunia kerja, mereka sudah masuk dalam situasi yang bercampur. “Iya betul. Itu kan salah satu kita bersosialisasi salah satunya kan menempatkan diri kita dari ego-ego yang lain. Jadi ngga boleh ego kita yang menonjol. Itu kunci,” ujarnya mengingatkan. 

Di tempat yang sama, Dekan Fakultas Psikologi UP, Prof. Awaluddin Tjalla mengatakan dalam kehidupan saat ini, ilmu psikologi memberikan pendampingan terhadap kemajuan teknologi informasi agar generasi muda bisa tetap berprilaku positif kepada masyarakat sekitarnya. Kemajuan teknologi dirasakan memberi perubahan besar di dunia pendidikan. Hanya saja, kemajuan teknologi juga perlu dikontrol dengan baik agar tidak memberikan dampak negatif yang besar pada pendidikan anak. “Untuk itu peran psikologi dalam melakukan pendampingan dengan mengontrol dan melakukan pendampingan perkembangan teknologi IT sangat diperlukan,” katanya.

Ia berharap dengan konferensi ini dapat membahas dan mengemukakan beberapa penelitian teknologi informasi dan komunikasi yang dihubungkan dengan dunia psikologi, yang mencakup beragam cabang ilmu. Seperti psikologi industri dan organisasi, psikologi sosial, psikologi klinis, psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi konsumen, serta psikologi politik sehingga bisa memberikan gambaran mengenai perkembangan psikologi saat ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya