Pakar Kejiwaan Buka-bukaan: Kekerasan Finansial Ancam Kebahagiaan Rumah Tangga!

Ilustrasi KDRT
Sumber :
  • Pixabay/ ToNic-Pics

Jakarta, VIVA – Belakangan ini kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) terus menjadi sorotan publik. Bentuk KDRT di kalangan rumah tangga sendiri belakangan ini semakin beragam.

Wanita di Jaktim yang Kepergok Selingkuh Lalu Lindas Suaminya Ditangkap, Langsung Ditahan

Bukan lagi KDRT secara fisik dan verbal saja, belakangan ini KDRT secara finansial juga mulai ramai di kalangan masyarakat. Kekerasan finansial ini adalah bentuk KDRT dimana pelaku mengendalikan atau membatasi akses korban terhadap sumber daya finansial. 

Tindakan ini bisa mencakup mengontrol pengeluaran uang, melarang korban untuk bekerja, menghambat akses korban terhadap aset atau rekening bank atau memanfaatkan kekayaan korban tanpa izin. 

Kapolri: Kasus Kekerasan Perempuan Selesai dengan Cara Korban dan Pelaku Dinikahkan

Hal ini diungkap oleh spesialis kejiwaan, dr. Elvine Gunawan, Sp.KJ. Dalam potongan video yang diunggah akun gosip @rumpi_gossip Elvine mengungkap bahwa kekerasan finansial yang terjadi pada pasiennya, pasiennya hanya diberi uang suaminya dalam budget minim dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kalau dulu kekerasan fisik dan verbal sekarang aku banyak banget nemuin kasus kekerasan finansial. Jadi istri tuh dikasih uang sejatah-jatahnya uang loh, bener-bener dikasih itu habis,” kata dia. 

Oknum Anggota TNI AU Lanud Silas Papare Diduga Bakar Istrinya Hingga Meninggal Dunia

Elvine juga mengungkap bahwa bahkan kekerasan finansial itu membuat istri sulit untuk memiliki kekuasaan terhadap dirinya. Istri bahkan tidak bisa mengetahui slip gaji suami.

“Slip gaji suami enggak tau, kalau mau minta naik gaji harus ngajuin proposal. Ngumpulin bon kebayang kalau udah habis tuh bon suka hilang dia sampai panik. Jadi dia punya  di hpnya bukan foto anak-anaknya tapi foto bon-bon. Jadi seekstrem itu ada,” jelasnya. 

Kekerasan finansial bertujuan untuk membuat korban bergantung secara ekonomi pada  pelaku sehingga korban merasa sulit untuk meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan karena ketidakmampuan finansial. 

“Itu ada jadi ketika mau dicerai ‘saya enggak bisa dok, saya enggak ada uang. Dulu saya kerja disuruh keluar ngurus anak tapi ngurus anak enggak digaji. Jadi ya gimana’,” ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya