Mampu Atasi Berbagai Penyakit, Zaidul Akbar Jelaskan yang Terjadi pada Tubuh saat Dibekam
- Youtube dr. Zaidul Akbar Official.
Jakarta, VIVA – Bekam telah lama dikenal sebagai metode pengobatan tradisional yang dipercaya mampu mengatasi berbagai macam penyakit. Namun, apa sebenarnya yang terjadi di dalam tubuh ketika seseorang menjalani terapi bekam?
Pendakwah sekaligus ahli herbal, dokter Zaidul Akbar, menjelaskan, mekanisme yang terjadi saat tubuh menerima perawatan ini dengan analogi yang menarik dan mendalam. Seperti apa? Scroll untuk tahu penjelasannya, yuk!
Dokter Zaidul Akbar memulai penjelasannya dengan sebuah ilustrasi untuk memudahkan pemahaman. Ia mengibaratkan tubuh manusia sebagai sebuah gedung. Di depan gedung tersebut, ada sebuah tisu yang dibakar, menimbulkan asap kecil. Dalam skenario ini, pemadam kebakaran tidak akan datang hanya karena asap kecil yang dihasilkan oleh tisu tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa luka kecil atau stimulus ringan pada tubuh tidak cukup untuk memicu respons signifikan dari sistem pertahanan tubuh.
“Kalau hanya tisu terbakar di depan pintu, kira-kira pemadam kebakaran datang gak? Enggak ya, karena itu terlalu kecil. Tapi, jika kita berteriak bahwa ada teroris atau ancaman besar, maka seluruh pasukan, termasuk tim anti-teror, akan segera datang,” ujar dr Zaidul Akbar di Yotube dr. Zaidul Akbar Official, dikutip Rabu 6 November 2024.
Ilustrasi tersebut membawa pada poin utama, bekam. Zaidul menjelaskan bahwa bekam melibatkan proses di mana permukaan kulit dilukai dengan skarifikasi (sayatan kecil) dan darah kotor disedot keluar. Luka kecil ini memicu respons tubuh untuk mengirim sinyal ke otak, seperti peringatan bahwa ada bahaya yang memerlukan perhatian.
“Perlukaan-perlukaan kecil ini mengirimkan sinyal ke pusat otak kita untuk segera mengeluarkan pasukan imun terbaik tubuh,” tuturnya.
Ketika darah dikeluarkan melalui bekam, tubuh merespons dengan memobilisasi sel-sel kekebalan dan pasukan pertahanan lainnya untuk memperbaiki area yang terluka. Respons ini bukan hanya terbatas pada area bekam, tetapi melibatkan seluruh sistem tubuh. Hal ini membuat terapi bekam mampu memicu regenerasi dan perbaikan pada skala yang lebih besar.
Salah satu manfaat terbesar dari bekam adalah kemampuannya memicu keluarnya pasukan imun yang biasanya hanya muncul dalam kondisi yang lebih serius, seperti penyakit autoimun atau infeksi berat.
“Bekam dapat memicu keluarnya pasukan imun kelas berat yang biasanya hanya aktif saat menghadapi penyakit berat seperti HIV/AIDS,” ungkapnya.
Dengan kata lain, bekam membantu memobilisasi sumber daya tubuh yang paling kuat untuk menjaga kesehatan. Zaidul Akbar menegaskan bahwa efektivitas bekam tidak diukur dari seberapa banyak darah yang keluar. Yang lebih penting adalah perlukaan-perlukaan kecil yang memberi sinyal pada otak untuk mengaktifkan respons kekebalan tubuh.
“Saat kamu berbekam, yang dicari bukan banyaknya darah yang keluar, melainkan sinyal yang dikirimkan perlukaan-perlukaan tersebut ke otak,” jelasnya.
Sinyal ini mendorong otak untuk memerintahkan pelepasan sel-sel imun terbaik, yang berperan dalam melindungi dan memperbaiki sel-sel tubuh. Proses ini membantu membersihkan darah dan meningkatkan kesehatan secara menyeluruh. Selain merangsang sistem kekebalan tubuh, bekam juga diibaratkan sebagai mesin cuci darah alami.
“Kerja bekam mirip dengan hemodialisa. Proses ini membantu membersihkan darah dari toksin dan zat-zat berbahaya lainnya. Darah yang disedot keluar mengandung racun dan zat sisa metabolisme yang dapat merusak tubuh jika dibiarkan menumpuk,” paparnya.
Bekam bukan sekadar pengobatan alternatif biasa. Menurut dr. Zaidul Akbar, terapi ini memiliki mekanisme kerja yang melibatkan stimulasi sistem imun dan pembersihan darah, yang mirip dengan cuci darah. Meskipun hanya melibatkan luka kecil pada kulit, bekam mampu memicu respons kekebalan tubuh yang signifikan, membantu tubuh melawan penyakit dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam, semakin banyak orang yang tertarik untuk mencoba dan mengandalkan terapi ini sebagai bagian dari gaya hidup sehat mereka.