Anjani Sekar Arum, Seniman Batik yang Berhasil Membangun Komunitas Pembatik Muda
- SATU Indonesia Awards
Malang, VIVA – Di tengah perkembangan dunia fashion dan kerajinan, muncul sebuah karya seni yang tak hanya memukau mata, tetapi juga memiliki kedalaman filosofi dan makna yang mendalam.
Batik Bantengan, hasil kreasi Anjani Sekar Arum, seorang wanita muda yang dengan tekun berusaha mengangkat dan melestarikan warisan budaya Indonesia, menjadi simbol kebanggaan sekaligus inspirasi bagi generasi muda.
Perjalanan panjang Anjani dalam membangun Sanggar dan Galeri Batik Andaka di Kota Batu, Malang, dimulai pada Agustus 2014, dan sejak saat itu Batik Bantengan menjadi salah satu produk batik yang banyak dikenal, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hingga mancanegara.
Anjani Sekar Arum adalah sosok yang memiliki kemampuan luar biasa dalam mendesain motif batik. Ia mewarisi bakat melukis dari sang ayah, yang kemudian dipadukan dengan keahliannya yang diasah selama menempuh pendidikan di Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
Sejak pertama kali membatik pada 2010, Anjani memulai perjalanannya untuk lebih serius dalam dunia batik. Namun, baru pada 2014, ia bisa memamerkan hasil karya batiknya dalam sebuah pameran.
Ketekunan Anjani sangat terlihat dalam perjalanannya di dunia batik. Pada pameran pertama, ia hanya bisa menghasilkan 54 lembar kain, namun ia menyisakan satu lembar sebagai kenang-kenangan dari momen bersejarah tersebut.
Namun, perjalanan menuju kesuksesan tidak selalu mulus. Ada banyak rintangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah persiapan untuk pameran internasional di Praha, Republik Ceko, yang diadakan pada 2015. Anjani sempat terhambat karena keterbatasan waktu dan tenaga. Dalam waktu dua minggu menuju hari H, ia hanya bisa menghasilkan 10 lembar kain batik, sementara acara tersebut membutuhkan lebih banyak karya.
Permasalahan semakin rumit karena ia kesulitan mencari pembatik yang memiliki ketekunan dan kualitas kerja yang baik. Namun, tak lama kemudian, Anjani bertemu dengan seorang gadis muda bernama Aliya, yang pada saat itu berusia 9 tahun, yang tertarik belajar membatik. Sejak saat itu, Anjani memutuskan untuk melatih anak-anak muda menjadi pembatik di sanggarnya, untuk menciptakan sebuah generasi baru yang tidak hanya terampil dalam seni batik, tetapi juga mampu menghargai warisan budaya Indonesia.
Kini, Sanggar Batik Andaka telah menjadi tempat belajar bagi 58 anak yang tertarik untuk mendalami seni batik. Sebanyak 28 di antaranya telah menjadi pembatik aktif yang turut memproduksi karya-karya batik yang luar biasa. Setiap bulan, sanggar ini dapat menghasilkan sekitar 45 lembar kain batik, yang dijual dengan harga antara Rp 300.000 hingga Rp 750.000 per lembar.
Dari setiap penjualan, Anjani hanya mengambil 10 persen sebagai bagian untuk membeli kain, pewarna, dan perlengkapan lainnya. Sisa dari pendapatan penjualan diserahkan sepenuhnya kepada para pembatik muda sebagai hak mereka. Bahkan, Anjani kerap kali harus mengeluarkan uang pribadinya yang terbatas sebagai guru honorer di SMPN 1 Batu, untuk menutupi berbagai biaya operasional sanggar.
Usaha dan perjuangan Anjani dalam mengembangkan batik sambil memberdayakan anak-anak muda ini mendapat apresiasi yang luar biasa. Pada tahun 2017, ia menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards di kategori Kewirausahaan. Penghargaan ini diberikan oleh Astra sebagai bagian dari upaya mereka untuk mencari anak muda Indonesia yang memiliki kegiatan bermanfaat bagi masyarakat.
Batik Bantengan yang menjadi karya utama Anjani, bukan hanya sebuah produk kerajinan tangan. Di balik setiap motif yang tercipta, terdapat cerita dan pesan moral yang mendalam. Batik Bantengan, yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan kreativitas modern, membawa nuansa baru dalam dunia batik Indonesia. Melalui karya-karyanya, Anjani berhasil membuktikan bahwa seni batik tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai alat untuk memperbaiki ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat.
Dengan semangat melestarikan budaya, Anjani berharap bahwa Batik Bantengan dan Sanggar Batik Andaka akan terus berkembang, membawa manfaat bagi lebih banyak anak-anak muda, dan menjadi contoh bahwa kecintaan terhadap seni dan budaya bisa berdampak positif pada kehidupan banyak orang. Ia ingin mengajarkan bahwa, selain keindahan, batik adalah simbol dari ketekunan, kerja keras, dan cinta yang harus terus dijaga dan dilestarikan oleh generasi berikutnya.