Sebelum Jadi Pesta Kostum, Halloween Adalah...

Ilustrasi Halloween.
Sumber :
  • Freepik/senivpetro

Jakarta, VIVA –  Halloween sering kali hanya dianggap sebagai waktu untuk bersenang-senang, mengenakan kostum seram, dan mengumpulkan permen. Namun, banyak yang tidak tahu bahwa di balik perayaan meriah ini terdapat sejarah yang panjang dan kompleks.

Unik! TPS di Bogor Gunakan Konsep Horor untuk Tarik Minat Warga Gunakan Hak Suaranya

Seringkali, banyak yang salah paham terkait Halloween, dianggap sebagai tradisi gelap yang hanya terkait dengan kematian atau hal-hal mistis. Namun, memahami asal-usulnya bisa memberikan kita perspektif baru.

Masalahnya, banyak orang hanya melihat Halloween sebagai kesempatan untuk pesta atau kegiatan komersial. Padahal, tradisi ini menyimpan makna yang lebih dalam, terkait dengan transisi musim dan hubungan antara yang hidup dan yang mati.

Suasana Mistis Menyelimuti Bandara Ngurah Rai: Penampakan Jack O Lantern hingga Penari Seram

Dikutip laman World History Encyclopedia, Halloween berasal dari festival Samhain, yang dirayakan oleh bangsa Celtic kuno di Inggris dan Irlandia. Festival ini dirayakan pada tanggal 31 Oktober, malam sebelum tahun baru Celtic yang jatuh pada 1 November

Asal Usul Halloween: Festival Samhain

Pas Buat Halloween, Intip 3 Destinasi Wisata Horor yang Punya Sejarah Kelam!

Perayaan Halloween di Arab Saudi

Photo :
  • Twitter @BlvdRuhCity

Halloween memiliki akar dalam festival Samhain, sebuah perayaan kuno bangsa Celtic yang merayakan akhir musim panas dan awal musim dingin. Samhain, yang berarti "akhir musim panas," menandai momen ketika bangsa Celtic percaya bahwa tabir antara dunia orang hidup dan orang mati menjadi paling tipis.

Menurut World History Encyclopedia, selama Samhain, roh-roh orang yang telah meninggal diyakini kembali ke dunia untuk berinteraksi dengan yang hidup. Ritual yang dilakukan pada saat itu meliputi penimbunan persediaan makanan untuk musim dingin, penyembelihan ternak, dan penyalaan api unggun besar yang disebut "api tulang."

Orang-orang juga mengenakan kostum dan menutupi wajah mereka dengan abu untuk menakut-nakuti roh-roh jahat. Tradisi inilah yang kemudian berkembang menjadi kebiasaan mengenakan kostum pada Halloween modern.

Kristenisasi Samhain: Transformasi Menjadi All Hallows' Eve

Seiring dengan datangnya agama Kristen, banyak tradisi pagan yang diubah dan diadaptasi menjadi perayaan Kristen. Paus Bonifasius IV adalah salah satu tokoh yang memainkan peran penting dalam kristenisasi tradisi pagan, termasuk Samhain. Pada abad ke-9, Gereja mengubah perayaan Samhain menjadi Malam Semua Orang Kudus (All Hallows' Eve), yang kemudian dikenal sebagai Halloween.

Menurut World History Encyclopedia, alasan di balik perubahan tanggal perayaan Hari Semua Orang Kudus dari 13 Mei ke 1 November adalah untuk mengkristenkan Samhain. Dengan cara ini, tradisi yang sudah mengakar kuat di masyarakat bisa terus dilestarikan, meskipun dalam bentuk yang baru.

Pengaruh Tradisi Lain Terhadap Halloween

Tidak hanya Samhain, Halloween juga mendapat pengaruh dari tradisi Romawi, seperti Lemuria dan Feralia. Lemuria adalah festival yang didedikasikan untuk menenangkan roh-roh gelisah, sedangkan Feralia adalah waktu untuk menghormati leluhur.

World History Encyclopedia mencatat bahwa dalam perayaan Feralia, orang-orang mengunjungi makam leluhur dan memberikan persembahan berupa makanan dan bunga. Tradisi ini mirip dengan "souling," di mana orang-orang miskin mengetuk pintu untuk meminta makanan sebagai imbalan doa bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal.

Guy Fawkes Day dan Perkembangan Tradisi di Inggris

Di Inggris, perayaan Halloween juga dipengaruhi oleh Guy Fawkes Day, yang dirayakan setiap 5 November untuk mengenang kegagalan Gunpowder Plot pada tahun 1605.

Pada malam tersebut, orang-orang membakar patung Guy Fawkes dan menyulut kembang api. Tradisi ini turut mempengaruhi cara orang Inggris merayakan Halloween, termasuk penggunaan topeng dan api unggun.

World History Encyclopedia menyebutkan bahwa tradisi ini menyebar ke Amerika Utara ketika imigran Inggris datang, membawa serta kebiasaan mereka. Namun, perkembangan Halloween di Amerika kemudian mengalami perubahan besar, terutama dengan masuknya tradisi Irlandia.

Halloween di Amerika: Pengaruh Imigran Irlandia

Gelombang besar imigrasi orang Irlandia ke Amerika pada abad ke-19 membawa serta tradisi Samhain, yang kemudian bercampur dengan budaya lokal dan berkembang menjadi Halloween seperti yang kita kenal sekarang.

World History Encyclopedia menjelaskan bahwa salah satu tradisi yang paling menonjol adalah jack-o'-lantern, yang berasal dari cerita rakyat Irlandia tentang "Stingy Jack," seorang pemabuk yang menipu iblis dan dilarang masuk neraka maupun surga.

Selain itu, tradisi "trick-or-treating" juga mulai populer di Amerika pada awal abad ke-20, di mana anak-anak berkeliling dari rumah ke rumah untuk meminta permen, mirip dengan tradisi "souling."

Halloween Modern: Dari Ritual Kuno Hingga Perayaan Populer

Saat ini, Halloween telah berevolusi menjadi salah satu perayaan paling populer di dunia, terutama di Amerika Serikat dan Kanada. Banyak elemen Halloween modern, seperti pesta kostum, dekorasi rumah dengan tema seram, dan film-film horor, merupakan perkembangan yang relatif baru. Namun, akar Halloween tetap terhubung dengan tradisi kuno yang merayakan transisi, baik secara spiritual maupun alamiah.

Di negara-negara lain, seperti Meksiko dan China, Halloween memiliki versi yang berbeda. Di Meksiko, ada perayaan "Día de los Muertos" (Hari Orang Mati), sementara di Cina, ada "Hari Pembersihan Makam." World History Encyclopedia mencatat bahwa meskipun tradisinya bervariasi, tema yang mendasari semuanya tetap sama, menghormati orang yang telah meninggal.

Halloween, yang kita kenal hari ini, adalah hasil dari perjalanan panjang sejarah dan perpaduan berbagai tradisi. Dari festival Samhain yang merayakan akhir musim panas, hingga menjadi perayaan komersial modern, Halloween telah mengalami banyak transformasi.

Dengan memahami asal-usulnya, kita dapat merayakan Halloween dengan lebih bermakna, bukan hanya sebagai ajang hiburan, tetapi juga sebagai refleksi akan hubungan manusia dengan alam dan dunia spiritual.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya