Dedikasi Nukila Evanty, Menjaga Tradisi dan Identitas Masyarakat Adat

Nukila Evanty, Ketua Inisiasi Masyarakat Adat (IMA)
Sumber :
  • ist

Jakarta, VIVA – Nukila Evanty, Ketua Inisiasi Masyarakat Adat (IMA), memimpin serangkaian kunjungan ke Pulau Rempang dan Galang di Kepulauan Riau pada awal Oktober. Dalam perjalanan tersebut, Nukila bertemu langsung dengan warga adat setempat untuk mendengarkan keluhan dan aspirasi mereka.

Pemerintah Resmi Naikkan PPN 12 Persen, Warganet Heboh di Media Sosial

“Saya terharu dengan kearifan lokal dan pengetahuan dari nenek moyang masyarakat adat di sini yang masih lestari dan terus dijaga,” ungkap Nukila dalam keterangannya. Scroll lebih lanjut ya.

Masyarakat adat di Pulau Rempang secara khusus mengharapkan pemerintah mencabut status Pulau Rempang sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Nenek Amlah, seorang warga berusia 105 tahun dari Pasir Panjang Rempang, menyampaikan kecemasannya. 

Sambut Nataru, Jasindo Siapkan Perlindungan Ekstra Bagi Masyarakat Bepergian

“Saya cemas dan ketakutan dengan desakan pindah dari pihak penguasa. Saya tidak tahu lagi harus pindah kemana. Kami bangga bisa tinggal di sini, dengan budaya dan tradisi yang terus dipertahankan," katanya.

Jelang Musim Libur Sekolah, Penumpang Whoosh Tembus 23 Ribu Orang per Hari

Dulur Rasyid, Ketua Adat di Pulau Mubud Galang, juga menyuarakan keprihatinannya. 

“Tanah adalah adat dan harus dipertahankan. Ini hak kami, ajaran orang tua, juga nenek moyang kami. Biar mati anak kami, jangan mati adat. Kalau mati adat, tak ada artinya hidup ini, kalau tak berpegang adat, maka kita akan hancur. Siapa lagi yang kami harapkan untuk menyelamatkan kami dari keserakahan ini? Harus diingat untuk para penguasa, hidup itu ada awal dan ada akhirnya,” ujar Dulur Rasyid.

Ilustrasi pedesaan

Photo :
  • Pixabay

Kedek, seorang wanita paruh baya dari Pulau Mubud Galang, menyampaikan harapannya agar dapat menghabiskan masa tuanya di tanah kelahiran. 
“Kami ketakutan dengan peristiwa yang dialami saudara-saudara kami di Pulau Rempang,” ungkapnya sambil menangis.

Saloha, generasi muda dari Pulau Mubud Galang, menambahkan pentingnya adat dalam menyatukan masyarakat. 

“Kami nelayan sangat bergantung pada laut, bayangkan kalau dipaksa pindah, mau kerja apa kami, kami hanya ingin laut, dan masa depan anak-anak kami,” katanya.

Melalui pengalaman langsung di lapangan, Nukila menyoroti dampak negatif PSN Rempang Eco City terhadap masyarakat adat. 

“Pengalaman saya bekerja di lapangan, melihat banyak Proyek Strategis Nasional tak berpihak ke masyarakat adat. Saya tahu tujuan PSN itu baik, untuk pemerataan listrik, penguatan ekonomi kawasan perbatasan, hingga pertumbuhan pariwisata. Namun, ternyata di lapangan yang terjadi adalah konsesi lahan secara paksa, penggusuran, penggunaan kekerasan terhadap rakyat yang tidak mau direlokasi, penelantaran, hingga pengabaian hak-hak anak dan perempuan,” kata Nukila.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya