7 Penyebab Cinta Bisa Memudar Meski Sudah Menjalin Hubungan yang Lama Menurut Psikologi

Ilustrasi patah hati, perceraian
Sumber :
  • Freepik/rawpixel.com

Jakarta, VIVA – Cinta yang memudar adalah salah satu dilema terbesar dalam hubungan jangka panjang. Banyak pasangan memulai hubungan dengan cinta yang kuat dan keyakinan bahwa perasaan tersebut akan bertahan selamanya.

Mengenal Five Stages of Grief dalam Psikologi: Memahami Proses Sedih-Kecewa Secara Ilmiah

Namun realitas sering kali berkata lain. Meski sudah menjalin hubungan bertahun-tahun, ada kalanya perasaan itu mulai berubah, dan cinta yang dulu begitu hangat terasa semakin dingin

Penelitian psikologi menunjukkan bahwa ada berbagai alasan mengapa cinta yang dulu kuat bisa berubah, meskipun hubungan sudah lama terjalin.

Kaget Banyak Temannya yang Menikah, Punya Anak Lalu Cerai, Raline Shah: Lah Bisa?

Ilustrasi patah hati

Photo :
  • Pixabay

Lantas mengapa mengapa cinta bisa memudar meski sudah menjalin hubungan yang lama? Berikut 7 penyebabnya menurut psikologi.

Makin Panas, Diduga Singgung Fitri Salhuteru, Nikita Mirzani: Gak Ada Otaknya

1. Gagal Membagi Aktivitas

Dilansir dari psychology today, psikolog sekaligus Direktur Penelitian dan Pendidikan Glendon Association, Lisa Firestone, mengatakan salah satu penyebabnya adalah gagal membagi aktivitas.

Di awal hubungan, kita seringkali paling terbuka, bersemangat untuk mencoba hal-hal baru dan berbagi petualangan baru. Saat kita terjebak dalam rutinitas, kita sering kali menolak pengalaman baru.

Sehingga kita menjadi lebih sinis, skeptis dan rang bersedia melakukan sesuatu dengan pasangan kita.

Padahal penting bagi kita untuk mempertimbangkan minat dan hasrat pasangan kita dan terlibat dalam aktivitas yang benar-benar kita sukai.

Oleh karena itu, meluangkan waktu sangat penting untuk mempertahankan hubungan dan melakukan hal-hal yang dianggap penuh kasih oleh pasangan secara konsisten juga akan membantu menjaga percikan cinta tetap menyala.

2, Menyimpan Amarah

Masih kata Psikolog Lisa Firestone, ketika  kita bersama seseorang dalam waktu yang lama, kita cenderung mencatat sifat-sifat negatif pasangan kita.

Bahkan ketika kita mulai merasa dekat bahkan dalam waktu yang lama, kita sering kali akan cepat menjadi kritis begitu pasangan kita melakukan sesuatu yang membuat kita kesal.

Cobalah perhatikan apakah Anda memendam kemarahan atau kebencian. Apakah Anda menunjukkannya dengan cara-cara yang halus?

Menghadapi masalah secara langsung dari sudut pandang yang dewasa dan terbuka akan menyelamatkan Anda dari rasa kasihan dan cinta yang terpendam.

Komunikasi yang jujur ​​membantu Anda untuk benar-benar mengenal pasangan Anda, daripada melihatnya melalui sudut pandang yang negatif atau kritis. Ketika kita terbiasa menelan perasaan kita dan menentang pasangan kita daripada menyatakan apa yang kita rasakan.

3. Membiarkan Diri Terpuruk Secara Fisik dan Mental

Psikolog Lisa Firestone mengatakan, ketika kita mencapai tingkat kenyamanan dalam suatu hubungan, kita mungkin cenderung tidak terlalu peduli dengan penampilan dan cara kita merawat diri sendiri.

Karena merasa sudah nyaman dalam hubungan, sehingga kita lebih cenderung bertindak tanpa mempedulikan atau mempertimbangkan cara kita menyakiti pasangan dan diri kita sendiri.

Sehingga kebiasan-kebiasaan ini akan berpengaruh ke pasangan kita dan juga berdampak buruk kepada diri sendiri lantaran dapat melemahkan kepercayaan diri sendiri.

4. Kurangnya Komunikasi Emosional

Psikolog John Gottman mengatakan, Ketika pasangan tidak lagi saling berbagi perasaan, harapan, dan masalah secara mendalam, mereka dapat mulai merasa terisolasi secara emosional.

Ketika pasangan tidak lagi merasa didengar atau dimengerti, ikatan emosional tersebut bisa melemah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hilangnya cinta.

5. Membiarkan dalam Rutinitas yang Monoton

ikolog Esther Perel, dalam bukunya Mating in Captivity menjabarkan bahwa ketika sebuah hubungan terlalu terjebak dalam rutinitas, elemen kejutan dan spontanitas yang pernah memperkuat ikatan dapat hilang.

Pasangan yang tidak lagi mencoba hal-hal baru atau mengalami petualangan bersama mungkin merasa bosan.

Pasangan perlu menemukan cara untuk menjaga percikan cinta tetap hidup melalui pengalaman baru atau eksplorasi bersama.

6. Pengaruh  Stres dan Tekanan Eksternal

Sebuah penelitian dari American Psychological Association (APA) pengaruh stres dan tekanan eksternal dapat menurunkan interaksi pasangan dan meningkatkan konflik.

Tekanan eksternal seperti pekerjaan, keuangan, atau masalah keluarga dapat berdampak besar pada hubungan cinta. Ketika pasangan terlalu fokus pada stres eksternal, mereka mungkin tidak lagi mengalokasikan waktu atau energi untuk memperkuat hubungan mereka

7. Pengaruh Hedonis

Psikolog dari University of California, Sonja Lyubomirsky menyebut, manusia cenderung beradaptasi terhadap kebahagiaan, termasuk dalam hubungan cinta.

ada awal hubungan, pasangan sering merasakan euforia dan kebahagiaan yang luar biasa, yang disebabkan oleh pelepasan hormon seperti dopamin dan oksitosin

Namun seiring waktu, intensitas perasaan tersebut dapat berkurang karena otak kita beradaptasi terhadap kondisi yang konsisten, manusia memiliki kecenderungan untuk kembali ke tingkat kebahagiaan dasar setelah mengalami puncak emosi, termasuk dalam hal cinta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya