Targetkan Net Zero Emission 2060, Indonesia Punya Teknologi Ramah Iklim Apa?

Ketua Pelaksana Festival LIKE 2 Sigit Reliantoro
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rizkya Fajarani Bahar

Jakarta, VIVA – Seluruh negara di dunia saat ini tengah mengusahakan agar bisa mencapai NZE atau net zero emission supaya pemanasan global dapat diatasi pada suhu yang paling rendah. Zero emission ini adalah arahan untuk seluruh negara di dunia agar mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.

Tips Efektif Merawat Kulit di Tengah Kelembapan Tinggi Indonesia

Net Zero Emission atau yang disebut emisi nol bersih adalah situasi di mana jumlah jejak karbon yang berasal dari aktivitas manusia tidak melebihi jumlah emisi yang dapat diserap oleh bumi.

Untuk mencapai kondisi zero emission ini, berarti jejak karbon yang bersumber pada aktivitas manusia harus dikurangi. Ada banyak hal yang disadari maupun tidak, ternyata bisa menyumbang emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global.

Ratusan Relawan Anak Muda Peduli Krisis Iklim Bergabung Sebagai SDGs Hero Volunteer

Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai target ini adalah dengan menghadirkan teknologi ramah iklim. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Ini adalah teknologi yang dibuat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan efisiensi energi, dan mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Presiden Israel Urung Hadiri KTT Iklim gara-gara Turki Larang Pesawatnya Melintas

"Dalam perkembangannya, ada arahan Bapak Presiden lebih difokuskan ke yang akan datang. Apa sebetulnya teknologi ramah iklim yang sudah dikuasai di Indonesia, dan itu akan menjadi bagian masa depan yang kita jadikan strategi untuk bisa (mencapai target) Net Zero di tahun 2060 atau lebih cepat," ungkap Ketua Pelaksana Festival LIKE 2 Sigit Reliantoro, di acara Press Conference Festival LIKE di Kantor KLHK, di Jakarta, baru-baru ini.

Sejauh ini ada beberapa inovasi teknologi ramah iklim yang dimiliki oleh Indonesia dan akan dikembangkan lebih baik lagi ke depannya. Mulai dari pengembangan PLTS, hingga penerapan strategi dekarbonasi, serta upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim oleh perusahaan.

Selain itu juga inovasi sosial melalui program community development. Sejumlah teknologi ramah iklim ini akan ditampilkan selama acara berlangsung.

"Misalnya PLN punya kemajuan mengenai PLTS, biomassa, cofiring. Ada juga yang mulai mengembangkan hidrogen. Ini hal yang baru, kemudian juga ada bagaimana kita menyiapkan standar pengelolaan baterai listrik, mobil listrik. Banyak sekali hal baru yang berbeda dari (Festival) LIKE yang pertama," terangnya.

Selain itu, ada juga demo konversi sepeda motor dari bensin ke listrik. Ada juga uji emisi yang bekerja sama dengan Kementerian ESDM, talkshow, coaching clinic, sales meet buyer, kompetisi, workshop, KLHK Appreciation Night, hingga fun walk yang akan menarik minat para anak muda terutama Gen Z agar lebih mengenal tknologi terbaru yang dimiliki oleh negeri.

"Saya menganjurkan gen z untuk datang marena menginspirasi profesi ke depan itu seperti apa. Dan kita harus membangun ekosistem listrik, itu kan ada profesi-profesi baru. Kemudian geotermal, hidrogen. Itu kan belum terpikirkan sekarang, (tapi tidak menutup kemungkinan) akan menjadi profesi luar biasa," katanya.

Untuk membuat acara semakin meriah, lanjut Sigit, festival ini juga mempersembahkan penampilan spesial para musisi dalam sesi I LIKE CONCERT mulai dari tanggal 8 Agustus hingga 11 Agustus.

Di hari pertama penyelenggaraannya pada 8 Agustus 2024, ada Maliq & D'essentials yang siap mengguncang panggung I LIKE CONCERT dengan lagu-lagu romantisnya. Tidak hanya itu bagi kalian sobat ambyar dapat menyaksikan penampilan Happy Asmara pada tanggal 9 Agustus 2024.

Lalu ada Ndarboy Genk, yang akan kembali membangkitkan energi dan semangatmu setelah mengikuti I LIKE WALK (Fun Walk) dan I LIKE GOWES (Fun Riding). Sebagai penutup, akan ada penampilan Lyodra Ginting yang akan berlangsung 11 Agustus 2024

Ilustrasi perubahan iklim.

Drama Iklim Dunia yang Belum Tuntas

Negara-negara berkembang dan rentan menuntut komitmen negara-negara maju soal pendanaan iklim dalam COP29.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024