Tidak Mau Memberikan ASI Pada Anak, Begini Hukumnya Menurut Buya Yahya
- unsplash,com
Jakarta, VIVA – Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama dan terbaik bagi bayi. Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ASI sangat lengkap dan dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan.
Selain menawarkan nutrisi yang diperlukan, ASI juga mengandung antibodi yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit. Oleh karena itu, ASI bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga pelindung kesehatan bagi bayi.
Islam memberikan anjuran yang kuat bagi para ibu untuk menyusui anak-anak mereka secara eksklusif hingga usia dua tahun. Tuntunan ini tercantum dalam Al-Qur'an, pada surat Al-Baqarah ayat 233:
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…” (QS. Al-Baqarah: 233)
Ayat tersebut secara jelas menunjukkan bahwa menyusui merupakan kewajiban bagi seorang ibu. Allah SWT menganjurkan penyusuan selama dua tahun sebagai bentuk pemenuhan hak anak dan sebagai bentuk kasih sayang seorang ibu.
Meski demikian, Islam juga memberikan kelonggaran bagi ibu yang tidak mampu atau memiliki alasan yang kuat untuk tidak menyusui. Hal ini menunjukkan bahwa tuntunan tersebut tidaklah bersifat kaku, melainkan mempertimbangkan situasi dan kondisi setiap individu.
Pandangan Buya Yahya tentang ASI
Buya Yahya, seorang ulama terkemuka di Indonesia, seringkali menggarisbawahi pentingnya ASI eksklusif melalui ceramah-ceramahnya. Menurut Buya Yahya, ASI adalah makanan terbaik dan memberikan berbagai manfaat yang tak tergantikan baik untuk bayi maupun ibu.
Ia menjelaskan bahwa meskipun Allah SWT memberikan kelonggaran bagi ibu yang memiliki alasan kuat untuk tidak menyusui, secara umum menyusui adalah kewajiban yang harus dipenuhi.
Dalam pandangannya, ibu yang sengaja tidak memberikan ASI kepada anaknya tanpa alasan yang jelas dianggap melanggar perintah Allah SWT. Buya Yahya menekankan bahwa mengabaikan kewajiban menyusui demi alasan pribadi seperti menjaga bentuk tubuh adalah hal yang tidak sesuai.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ASI tidak bisa digantikan oleh susu formula atau susu sapi, karena tidak ada produk susu lain yang dapat menandingi kandungan nutrisi dan manfaat kesehatan yang diberikan oleh ASI.
Bahkan, Buya Yahya juta menekankan jika ada klaim bahwa susu formula tertentu mirip dengan ASI, hal tersebut seringkali tidak sepenuhnya akurat. Tidak ada susu formula atau produk susu lainnya yang dapat menandingi kualitas ASI dalam memberikan perlindungan dan nutrisi optimal bagi bayi.
Akan tetapi, dalam situasi di mana ibu tidak dapat menyusui karena berbagai alasan seperti masalah kesehatan atau kondisi fisik, penggunaan susu sapi atau susu kambing bisa menjadi alternatif. Namun, penggunaan susu tersebut seharusnya dilakukan dengan pertimbangan dan bimbingan medis yang tepat.