Alasan Meskipun Sudah Memaafkan Tapi Rasa Sakitnya Belum Hilang dalam 4 Perspektif
- Freepik/jcomp
VIVA – Dalam hidup, kita pasti pernah merasa sakit hati karena kesalahan yang orang lain perbuat terhadap kita. Beberapa dari mereka mungkin sadar akan kesalahan tersebut dan pada akhirnya meminta maaf. Namun, terkadang walaupun kita menerima permintaan maaf mereka, memaafkan tidaklah semudah membalikan telapak tangan.
Proses memaafkan melibatkan kesadaran untuk melepaskan perasaan sakit hati dan menemukan cara untuk memulihkan hubungan. Proses penyembuhan dan membangun kembali kepercayaan ini bisa memerlukan waktu yang cukup panjang dan introspeksi yang mendalam. Berikut alasan meskipun sudah memaafkan tapi rasa sakitnya masih belum hilang dalam empat perspektif!
1. Perspektif Spiritual
Dalam perspektif spiritual, ketika kita sudah memaafkan tapi masih merasa sakit hati, hal ini karena maaf yang kita terima dianggap belum sepenuh hati dan perlu proses pembelajaran lagi untuk memaafkan. Memaafkan dianggap bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga proses dalam hati yang melibatkan kesediaan untuk melepaskan dendam dan membangun kembali kedamaian.
2. Perspektif Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
Berbeda dengan perspektif Cognitive Behaviour Therapy (CBT), ketika kita telah memaafkan tapi rasa sakitnya belum hilang, artinya kita perlu memahami proses berpikir dan perilaku kita yang masih mempertahankan rasa sakit, seperti berpikir negatif, perasaan kesal atau sering mengingat kembali peristiwa yang menyakitkan.
Dengan memahami proses tersebut, kita dapat mengubah cara berpikir dan perilaku yang memicu rasa sakit itu menjadi pikiran dan perilaku yang lebih seimbang dan positif, sehingga rasa sakit tersebut dapat perlahan menghilang.
3. Perspektif Bawah Sadar
Sementara itu dalam perspektif bawah sadar, ketika kita memaafkan, kita sering berpikir bahwa rasa sakit dan luka telah hilang. Namun, dalam kenyataannya, luka bawah sadar yang belum disembuhkan masih mempengaruhi kita.
Oleh karena itu, perspektif bawah sadar menganjurkan kita untuk terlebih dulu menyembuhkan luka bawah sadar sebelum memaafkan. Dengan demikian, kita bisa memaafkan dengan ikhlas dan tidak ada kecenderungan untuk sakit hati.
4. Perspektif Teori Ego State
Perspektif teori ego state adalah konsep dalam psikologi yang menjelaskan bahwa setiap individu memiliki berbagai ego state yang membentuk kepribadian kita. Ego state terdiri dari pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang terorganisir dan saling terhubung dalam satu waktu.
Dalam perspektif ini, rasa sakit muncul dari ego yang masih terganggu oleh pengalaman traumatis masa lalu seperti kekerasan atau penghinaan. Meskipun sudah memaafkan, rasa sakit tetap ada karena ego yang terganggu tersebut belum sepenuhnya diatasi. Oleh karena itu, diperlukan terapi yang lebih mendalam untuk menyembuhkannya.