Apakah Arwah Vina Benar-Benar Berbicara? Ini Kata Ahli Metafisika
- ist
VIVA Lifestyle – Baru-baru ini, media sosial digemparkan oleh sebuah fenomena misterius yang melibatkan suara arwah almarhumah Vina. Keluarga Vina mengklaim bahwa suara dalam rekaman tersebut sangat mirip dengan suara Vina, baik dari segi ekspresi maupun intonasinya. Fenomena ini telah memicu berbagai spekulasi dan kontroversi di kalangan masyarakat.
Untuk memahami lebih lanjut, Kirama Wijaya, seorang ahli metafisika, memberikan pandangan mendalam mengenai aspek spiritual dan metafisika dalam kasus ini. Scroll lebih lanjut ya.
"Pandangan metafisiknya mengindikasikan bahwa fenomena seperti suara arwah ini membutuhkan pendekatan yang hati-hati dalam identifikasi. Meskipun klaim keluarga sangat kuat bahwa suara tersebut adalah Vina yang sudah meninggal, hanya mempercayai klaim tersebut sebesar 55%," ungkap Kirama Wijaya, yang merupakan Doktor Metafisika Pertama di Indonesia, dalam sebuah wawancara dengan Tvone.
Menurut Kirama, dalam dunia metafisika, terdapat entitas yang disebut Jin Qorin. Entitas ini memiliki kemampuan untuk mempengaruhi energi dan memori, sehingga dapat menyerupai individu yang telah meninggal. Kirama menjelaskan bahwa Jin Qorin, sebagai entitas energi, memilih individu yang tepat untuk menjadi medium komunikasi dengan dunia fisik. Pilihan ini biasanya berdasarkan pada hubungan emosional atau spiritual yang kuat antara individu tersebut dengan arwah yang ingin berkomunikasi.
Namun, Kirama juga menekankan pentingnya verifikasi lebih lanjut melalui pendekatan ilmiah dan forensik untuk memastikan kebenaran klaim tersebut. Dia menyarankan agar proses ini tidak dianggap enteng, dan harus menggabungkan analisis spiritual dengan penilaian logis dan objektif.
Dalam wawancara tersebut, presenter juga bertanya tentang keterlibatan ilmu metafisika dalam penyelidikan kriminal oleh pihak kepolisian. Kirama mengakui bahwa ada beberapa kasus tertentu di mana praktisi metafisika dilibatkan, tergantung pada kompleksitas dan kebutuhan investigasi.
Selain itu, diskusi ini juga mengungkap bahwa hanya sebagian kecil dari populasi yang memiliki kemampuan untuk dimasuki oleh Jin Qorin atau menjadi medium bagi arwah yang ingin berkomunikasi. Kirama memperkirakan bahwa hanya sekitar 10% individu yang memiliki kepekaan atau kemampuan untuk menunjukkan tanda-tanda tersebut.
Kasus Vina menjadi sorotan utama dalam diskusi ini, di mana keluarga Vina mendukung klaim bahwa suara yang direkam mirip dengan Vina, termasuk dari segi kata-kata dan ekspresi yang digunakan. Kirama menyatakan bahwa meskipun klaim ini ada, ia hanya bisa mempercayai kebenaran klaim tersebut sebesar 55%. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya fenomena ini, di mana klaim spiritual dan kepercayaan pribadi bertemu dengan kebutuhan akan bukti ilmiah dan verifikasi.
Kirama juga menyebutkan bahwa perasaan keluarga yang berduka sering kali memainkan peran penting dalam interpretasi fenomena metafisika. Emosi dan kebutuhan untuk berhubungan kembali dengan almarhum dapat mempengaruhi cara klaim ini diterima dan diproses oleh masyarakat.
Penekanan juga diberikan pada pentingnya pendekatan terkoordinasi antara ilmu metafisika dan forensik dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan klaim di luar realitas fisik. Diskusi ini menekankan perlunya pemahaman mendalam terhadap budaya dan konteks lokal dalam menafsirkan fenomena spiritual semacam ini.
Di akhir wawancara, Kirama Wijaya menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dan hati-hati dalam menangani fenomena yang melibatkan dimensi metafisik. Meskipun kontroversi dan spekulasi masih ada, upaya untuk memahami fenomena ini secara ilmiah dan rasional tetap menjadi fokus utama untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam.
Kirama juga berbicara tentang adaptasi ilmu metafisika dari negara lain, terutama berdasarkan pengalamannya di Amerika Serikat. Dia mengamati bahwa meskipun prinsip dasar metafisika bersifat universal, diperlukan adaptasi untuk memahami konteks dan kepercayaan lokal di Indonesia. Hal ini menunjukkan kompleksitas aplikasi praktis ilmu metafisika di berbagai budaya dan lingkungan sosial.
Dalam konteks pendidikan dan pengalaman Kirama, belajar di luar negeri membawanya mengadopsi perspektif yang berbeda dalam ilmu metafisika. Dia menekankan pentingnya menggabungkan pendekatan ilmiah Barat dengan pandangan spiritual Timur untuk mendapatkan pemahaman holistik tentang fenomena ini.
Selain itu, diskusi juga menyoroti bagaimana ilmu metafisika dapat memberikan kontribusi unik dalam investigasi kepolisian. Penggunaan intuisi spiritual dan kepekaan terhadap energi yang tidak terlihat dapat memberikan dimensi tambahan dalam memecahkan kasus yang sulit atau kompleks.