Ustaz Khalid Basalamah Sebut Salat, Puasa atau Wudhu Tak Perlu Baca Niat: Gak Pernah Ada Hadisnya
- Youtube: Ustaz Khalid Basalamah
VIVA Lifestyle – Setiap menunaikan ibadah salat, puasa atau bahkan berwudhu, kita tentu akan selalu melafalkan niat. Namun ternyata, melafalkan niat secara lisan itu tidak perlu dilakukan.
Sebab, jika merujuk pada hadis Nabi Muhammad SAW, tidak ada yang menyebutkan tentang mengucap niat secara lisan. Hal ini diungkapkan oleh Ustaz Khalid Basalamah. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!
"Kalau kita kembali pada hadis Nabi Shallallahu alaihi wassalam, maka belum pernah ada pengucapan lafaz. Tidak pernah ada satu hadis Nabi Shallallahu alaihi wassalam yang berbunyi 'nawaitu shauma ghadin, usholli fardos salati dzhuri, nawaitu wudhu' ini enggak pernah ada lafaz hadisnya," kata beliau seperti dikutip dari tayangan YouTube Lentera Islam, Jumat 21 Juni 2024.
Lebih lanjut diungkap Ustaz Khalid, bahwa niat tersebut dinisbatkan oleh mazhab Syafi'iyah di Mekkah. Mereka menyusun niat lisan tersebut agar orang tidak lupa.
"Ini dari mana? Ini dari teman-teman kita yang mengisbatkan diri kepada mazhab Syafi'iyah di Mesir, tepatnya di Al Azhar. Disusunlah, mereka mengatakan niat itu harus ya supaya orang tidak lupa dan jelas dia ucapkan dengan lisannya," ujarnya.
Saat menyusun niat-niat tersebut, kata Ustaz Khalid mereka sudah mengatakan dalam buku tersebut. Bahwa niat-niat tersebut adalah niat pelengkap, bukan niat asas.
"Lalu disusunlah niat-niatnya itu, kalau mau solat 'usholli fardos solati dzuhur, nawaitu shauma ghadin untuk puasa. Nawaitul wudhu-a' dan seterusnya. Ini semua disusun, mereka mengatakan dalam buku-buku mereka ini adalah niat pelengkap, bukan niat asas," ujarnya.
Menurut Ustaz Khalid Basalamah, ketika seseorang mau mengerjakan salat, berpuasa hingga berwudhu, maka mereka cukup melafalkannya dalam hati. Bahkan, kata beliau, cara tersebut lebih diterima ibadahnya dibanding mereka yang melafalkannya secara lisan.
"Niat asas dalam hati, kalau ada seseorang mengucapkan dengan lisannya 'nawaitu shauma ghadin, usholi fardos solati dzuhur', tapi hatinya enggak niat enggak diterima. Tapi kalau ada orang niat dalam hati untuk salat Zuhur dan dia lupa ucapkan lisan diterima solatnya, karena asasnya adalah hati," ungkapnya.
Beliau menambahkan bahwa niat yang dilafalkan secara lisan di masyarakat itu adalah niat pelengkap.
"Ini pendapat yang dinisbatkan kepada Imam Syafiyyah adanya niat lisan, tapi itu pelengkap, bukan itu asas. Kalau jumhur ulama, Imam Ahmad, Imam Manifah mengatakan tidak ada niat kecuali dalam hati," katanya.
Seperti contoh ketika bapak, ibu mau salat Isya. Begitu iqomah kita berdiri di shaf, bukankah di dalam hati kita sudah niat mau solat Isya? Kan enggak mungkin salat Magrib, salat Subuh. Sama seperti ketika kita berdiri di belakang jadi makmum, bukankah kita sudah niat jadi makmum? Itulah salat, enggak perlu mengatakan makmuman, imaman. Ya sudah jelas dia jadi makmum, jadi imam," imbuh Ustaz Khalid Basalamah.