Inilah 3 Keutamaan Puasa Dzulhijjah yang Dijalani Sebelum Idul Adha, Begini Tata Cara dan Niatnya
- pixabay
VIVA Lifestyle – Inilah tiga keutamaan menjalankan puasa Dzulhijjah yang dapat dilaksanakan sebelum Hari Raya Idul Adha. Bagi umat Muslim, bulan Dzulhijjah mempunyai makna yang penting, terutama dalam mengerjakan amalan serta ibadah.
Bulan Dzulhijjah merupakan waktu di mana ibadah haji dilaksanakan di Makkah. Jutaan Muslim dari berbagai belahan dunia, termasuk dari Indonesia, berkumpul di Makkah untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima.
Kemudian, pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah, yang dikenal sebagai Hari Arafah, merupakan salah satu hari yang paling penting dalam agama Islam. Ini adalah hari di mana jamaah haji berada di Padang Arafah untuk melakukan ibadah wukuf.Â
Namun, bagi yang tidak sedang melaksanakan haji, puasa pada hari Arafah sangat dianjurkan sebagai amalan sunnah yang sangat diberkahi. Selain itu, yang tak kalah bermakna adalah perayaan Idul Adha pada hari kesepuluh bulan Dzulhijjah.Â
Sebab itu, bulan Dzulhijjah menjadi waktu yang dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, sedekah, dan amalan-amalan baik lainnya. Mulai dari membaca Al-Quran, dzikir, berdoa, hingga puasa Dzulhijjah.
Melansir dari situs NU Online, ada beberapa keutamaan dalam melakukan ibadah puasa sunnah di sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Sebagaimana diketahui, tahun ini, bulan Dzulhijjah 1445 H jatuh pada hari Sabtu, 8 Juni 2024.
Keutamaan Puasa Dzulhijjah
1. Melimpahkan Pahala
Puasa pada bulan Dzulhijjah memiliki pahala yang besar karena merupakan bagian dari amalan yang dianjurkan di bulan ini. Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap amalan yang dilakukan di bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan tersendiri.
Rasulullah bersabda:
Artinya: Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar (HR At-Tirmidzi). Â
2. Menghapus Dosa
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang dianggap suci dalam agama Islam, terutama karena di dalamnya terdapat ibadah haji. Namun, dengan berpuasa, kita memiliki kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Ini sejalan juga dengan Hadist Riwayat Muslim.
Rasulullah SAW bersabda:Â
Artinya: Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu (HR Muslim). Â
3. Mendapatkan Ampunan dan Dibebaskan dari Api Neraka
Puasa pada bulan Dzulhijjah juga memberikan kesempatan bagi kita untuk memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Dengan berpuasa dan beribadah dengan sungguh-sungguh, kita berharap dapat mendapatkan ampunan-Nya serta keberkahan dalam segala hal yang kita lakukan.
Apalagi, keutamaan hari Arafah adalah Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka dibanding hari-hari lainnya. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan? (HR Muslim).
Niat Puasa Dzulhijjah
Puasa Dzulhijjah bisa dilaksanakan pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah. Khusus tanggal delapan, dinamakan puasa Tarwiyah dan tanggal sembilan dinamakan puasa Arafah. Durasinya sama seperti puasa pada umumnya, yaitu mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Berikut adalah lafal niatnya: Â Â
1. Niat puasa dari tanggal 1 sampai 7 DzulhijjahÂ
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ. Â
Artinya: Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’âlâ.
2. Niat pada pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyyah).
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ. Â
Artinya: Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’âlâ.
3. Niat puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah)Â
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ. Â
Artinya: Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’âlâ.