4 Kebiasaan Unik Suku Dayak, Dari Telingaan Aruu hingga Panggil Arwah Leluhur
- Istimewa
Kalimantan – Suku Dayak adalah salah kelompok yang berdiam di Pulau Kalimantan. Mereka termasuk ke dalam suku asli Kalimantan dan hingga saat ini jumlahnya masih cukup banyak.
Mengutip beberapa sumber, Rabu, 24 April 2024 suku Dayak memiliki 268 sub-suku yang dibagi menjadi 6 rumpun yaitu Rumpun Punan, Rumpun Klemantan, Rumpun Apokayan, Rumpun Iban, Rumpun Murut, dan Rumpun Ot Danum.
Ciri khas Suku Dayak dapat diamati dari hasil budaya yang masih dapat ditemui hingga saat ini. Bentuk budaya tersebut meliputi rumah, pakaian, senjata, bahasa, kepercayaan, dan tradisi.
Selain itu, suku yang terkenal akan tarian hudoq dan kancet papatai-nya ini juga memiliki kebiasaan yang tak kalah menarik untuk dibahas.Â
Berikut kebiasaan unik suku dayak:
1. Telingaan Aruu
Kebiasaan memanjangkan cuping telinga dilakukan oleh Suku Dayak untuk menunjukkan tingakatan sosial, selain itu, cuping telinga panjang juga menandakan bahwa orang tersebut berasal dari kalangan bangsawan.
Prose pemanjangan cuping telinga dilakukan dengan pemberat berupa logam berbentuk lingkaran gelang atau berbentuk gasing, dimulai sejak bayi hingga dewasa.
Source : Istimewa
2. Tedak
Tedak merupakan tradisi mentato tubuh yang dilakukan oleh orang Suku Dayak. Mereka mengenal tato dengan istilah tutang. Setiap motif tato memiliki makna mendalam yang erat kaitannya dengan kepercayaan pada leluhur.
Masyarakat Suku Dayak yang akan membuat tato diharuskan menjalani ritual-ritual tertentu terlebih dahulu. Menurut kepercayaan Suku Dayak, tato ini akan berubah menjadi warna emas dan menjadi penerang jalan menuju alam keabadian setelah kematian.
3. Tiwah
Tiwah merupakan upacara kematian Suku Dayak yang menganut Agama Hindu. Upacara ini merupakan golongan tradisi yang digelar selama 7-40 hari. Keperluan yang dibutuhkan berupa hewan kerbau atau sapi untuk dikorbankan, penyajian makanan untuk warga dan sesaji untuk roh leluhur.
Tujuan dari upacara Tiwah ini adalah untuk mengantarkan roh jenazah bertemu dengan sang pencipta di Lewu Tatau (surga). Di awal upacara biasanya ada tarian adat Manganjan, pukulan gong dan Bukung.
4. Manajah Antang
Ketika akan menghadapi peperangan, masyarakat Suku Dayak bakal melakukan Upacara Manajah Antang untuk mencari keberadaan musuh.
Dalam Upacara tersebut, sesepuh desa akan memanggil arwah leluhur melalui Burung Antang untuk memberitahukan lokasi musuh. Tak hanya untuk keperluan peperangan, upacara ini juga digunakan untuk mencari petunjuk lain.