Jaga Mulut! Ini Alasan Mengapa Dosa Ghibah Lebih Besar Dibandingkan Zina
- Freepik/drobotdean
VIVA Lifestyle – Seberapa besar ancaman dan dosa yang dihadapi oleh mereka yang suka berbuat ghibah atau menggunjing orang lain? Dalam Surat Al-Hujurat ayat 12, dikatakan bahwa menyampaikan keburukan atau aib seseorang sama dengan memakan daging bangkai saudara kita sendiri.
Apakah ada di antara kalian yang menyukai memakan daging saudara yang sudah meninggal? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, (Surat Al-Hujurat ayat 12).
Dilansir dari NU Online pada Kamis, 18 April 2024, diceritakan bahwa pada zaman Rasulullah SAW, ketika seseorang berbuat ghibah, tindakan siksaannya langsung terlihat seperti yang dia lakukan pada dua wanita yang dia perintahkan untuk memuntahkan darah kental dari mulutnya setelah menggunjing saudaranya.
Seiring banyaknya orang yang menggunjing,siksaan itu pun tidak lagi terlihat. Terlebih lagi, dosa besar itu sudah dianggap normal dan biasa.
Padahal, Rasulullah SAW sudah menyatakan bahwa dosa ghibah berat dari dosa zina:
Artinya, “’Ghibah itu lebih berat dari zina.’” Seorang sahabat bertanya, ‘Bagaimana bisa?’ Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,’” (HR At-Thabrani).
Selain itu, ada riwayat bahwa Allah berfirman kepada Nabi Musa AS, "Siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan bertobat dari perbuatan ghibah, maka dia adalah orang terakhir masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan terbiasa beruat ghibah, maka dia adalah orang yang paling awal masuk neraka."
Lebih berbahaya lagi, orang yang suka ghibah akan bertanggung jawab di hadapan Allah atas orang yang dighibah nya saat di akhirat. Amal kebaikannya selama ini dibayarkan kepada orang-orang yang pernah dizaliminya, termasuk kepada orang yang telah dighibahnya.
Dia menerima amal keburukan dari orang-orang yang dizaliminya setelah amal kebaikannya habis. Akibatnya, dia akan mengalami kebangkrutan, seperti yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits berikut.
Suatu hari, Rasulullah SAW bertanya pada para sahabat, "Apakah kalian tahu siapakah orang yang bangkrut?" Mereka menjawab, "Orang yang bangkrut di tengah kami adalah orang yang sudah tidak memiliki dirham dan harta benda lain."
Ia menegaskan, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa amal shalat, amal zakat, amal puasa, namun dia pernah mencaci si ini, menuduh si ini, makan harta si ini, menumpahkan darah si ini, memukul si ini sehingga yang ini dibayar dengan kebaikannya dan yang ini dibayar dengan kebaikannya. Setelah semua kezaliman terbayar, kebaikannya telah habis, dan keburukan mereka yang pernah dizaliminya diambil darinya dan ditimpakan kepada dirinya sendiri. Dia akhirnya dibuang ke neraka,”