Luar Biasa, Ternyata Ini Tugas Nabi Muhammad SAW Diutus ke Dunia

Desain Peringatan Maulid Nabi Muhammad Oleh Ahmad Alfariqi
Sumber :
  • vstory

VIVA Lifestyle – Tujuan utama Rasulullah diutus ke bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW:

Terpopuler: Siswi Kristen Sekolah di Madrasah Islam Dapat Bantuan, Rekam Jejak Ketua KPK Baru

"Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia." (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksud dari menyempurnakan akhlak mulia adalah untuk membimbing manusia agar memiliki akhlak yang baik dan terpuji, seperti jujur, adil, amanah, sabar, dan pemaaf. Scroll untuk baca artikel selengkapnya berikut ini.

AS Warga Subang Bikin Heboh, Mengaku Nabi dan Sebut Lafaz Allah Seperti Perempuan Mengangkang

Seperti diketahui manusia adalah tempatnya melakukan banyak kesalahan dalam perjalanan hidupnya sehari-hari. Di sinilah Nabi Muhammad SAW berperan. Di mana, ternyata tugas utama Nabi Muhammad SAW sejatinya bukan diperintah untuk membuat semua orang yang ada di dunia menjadi pemeluk agama Islam atau bahkan menguasai dunia, melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta dan sebagai penyempurna akhlak.

Tegas, Buya Arrazy Tegur Seorang Habib yang Ajarkan Sholawat untuk Minta Dunia

Rasul Akhir Zaman

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan Rasul akhir zaman yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa melihat asal suku dan bangsanya. 

Misi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia. Begitulah, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus di tengah-tengah masyarakat pada zaman jahiliyah. 

Dilansir dari laman Mina News pada Selasa, 2 Maret 2024 ini pada saat itu akhlak dan perilaku masyarakat sangat biadab, penuh dengan penyembahan pada berhala, pengagungan manusia atas manusia lainnya, perbudakan, penuh dengan pertikaian dan penguasa yang menindas.

Begitulah, Allah mengutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dilengkapi dengan perilaku (akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya.

Akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Allah sebutkan di dalam ayat:

                                                                                                                                                            وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS Al-Qalam: 4).

                                                                                      لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab: 21).

Isteri baginda Nabi, ‘Aisyah sendiri menyebut akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Alquran. Maka, siapa saja yang menginginkan kehidupan di dunia hingga akhirat berjalan baik dan selamat sebagaimana yang dikehendaki Allah.

Tiada jalan lain kecuali kembali mengamalkan ajaran Alquran dan As-Sunnah dalam kehidupannya sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan, Alquran diturunkan  sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa, dan dengan ketakwaan inilah kehidupan dunia hingga akhirat akan berlangsung baik dan selamat.

Firman Allah:

                                                                                                                                        الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Alif laam miim . Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (QS Al-Baqarah: 1-2)

Maka, bagi siapa saja yang mengabaikan Alquran dengan memperturutkan hawa nafsunya, dia tidak akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allah mengingatkan di dalam ayat:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا. قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى. وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِن بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى

Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”. Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal”. (QS Thaha: 124-127).

Akhlak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk terciptanya sebuah ketenteraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia hingga akhirat.

Sebagaimana firman Allah:

                                                                                                                                                وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS Al-Anbiya’: 107).

Imam At-Thabari dalam tafsirnya menakwilkan, bahwa ayat tersebut berkenaan dengan diutusnya Nabi Muhammad saw kepada ciptaan Allah untuk menjadi rahmat. Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan pada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan isinya, berupa kefardhuan maupun hukum-hukum Allah swt pada siapa saja yang menyembahNya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya