Benci Banget Agama Islam hingga Hina Nabi Muhammad, Endingnya Jadi Mualaf
- YouTube Ngaji Cerdas
VIVA – Kisah spiritual seseorang selalu menarik untuk dibahas. Mereka memiliki cara tersendiri dalam menemukan apa yang ia percaya.
Kisah kali ini datang dari seorang pria asal Medan yang dulunya sangat benci Islam, namun akhirnya memilih jadi mualaf ketika dipertemukan cahaya putih dalam mimpi berlafadzkan Allah. Begini kisahnya.
Gonta-ganti agama
Pria yang mualaf itu bernama Fransiskus Husein Putra Rajaban. Ia mengaku keluarganya memeluk agama Katolik yang sangat taat.
Dulu ia sangat benci ada nama Husein. Dia menganggap bahwa Husein adalah nama orang Islam. Kata dia, namanya itu diberikan oleh kakeknya karena sangat mengagumi sosok presiden Irak bernama Saddam Hussein. Kakeknya berharap jika cucunya itu bisa menjadi seorang yang besar.
Fransiskus Husein awalnya menganut agama Katolik. Namun ia kemudian pindah Kristen karena ia menganggap ibadah orang Katolik membosankan.
“Saya sebenarnya dari Katolik itu saya udah nggak suka ibadahnya. Karena menurut saya ibadah di Katolik itu membosankan. Cuma duduk, terus pujian, nggak anak muda banget lah. Akhirnya saya masuk ke Kristen Pentakosta,” ujarnya, dikutip dari tayangan YouTube Ngaji Cerdas, Rabu, 28 Februari 2024.
Ia pun lalu pindah agama Kristen Pentakosta. Waktu SMA ibadahnya full band jingkrak-jingkrak dan dia menyukai hal itu.
Singkat cerita, ia menikah tahun 2011. Dua tahun setelahnya ada masalah keluarga karena istrinya membuat masalah. Fransiskus kemudian pergi merantau ke Bekasi, Jawa Barat.
Pria asal Medan ini bekerja di salah satu rumah makan Manado jadi asisten koki. Setelah itu koki utama keluar dan dia ditunjuk sebagai koki utama.
Selang beberapa waktu ada dua karyawan baru di sana. Salah satu karyawan itu bernama Iqbal dan sangat rajin sholat. Fransiskus penasaran dengan temannya itu. Menurutnya pada saat itu, Islam seperti radikal dan Tuhannya tidak jelas.
“Tadinya saya sangat benci sama Islam, karena menurut saya Islam itu agama yang nggak jelas,” ujarnya.
Sebelum merantau ke Bekasi, ia memergoki ayahnya yang suka menonton tayangan Mama Dedeh. Fransiskus pun bertanya kepada ayahnya, mengapa suka menonton tayangan orang muslim.
Sang ayah pun sempat mengingatkan kepadanya untuk tidak membenci agama lain. Sebab, jika terlalu benci nanti bisa menjadi cinta.
Jadi mualaf
Perkataan sang ayah seolah menjadi doa yang diijabah. Proses ia menjadi mualaf terjadi saat dia bekerja di rumah makan Manado itu.
Ia sempat berbincang dengan Iqbal, rekannya di rumah makan soal agama. Fransiskus berharap Iqbal bertemu dengan Tuhan Yesus, sementara dia juga meminta Iqbal untuk berdoa kepadanya agar ketemu Allah, jika Allah itu nyata.
Dua hari setelahnya pada 20 Desember, dia mimpi bertemu cahaya yang begitu terang. Awalnya ia mengira itu adalah Yesus. Sebab ia belum pernah bertemu dengan Yesus.
Namun cahaya itu ternyata bukan Yesus. Terdengar suara dari cahaya itu memanggil namanya dengan nama Husein. Dalam cahaya tersebut, dia juga melihat lafadz Allah.
“Demi Allah saya melihat itu seperti lafadz Allah. Terus saya akhirnya terbangun,” ungkapnya.
Setelah terbangun ia mengucap astagfirullah untuk pertama kalinya secara spontan. Ia seakan diberi petunjuk dan saat itu ia ingin pindah agama Islam.
“Pokoknya hari ini gue mau di syahadat,” bebernya.
Ia bermimpi malam hari sekitar pukul 01.00 WIB. Sore harinya ia ingin masuk Islam. Akhirnya setelah sholat Isya ia resmi menjadi mualaf.
“Setelah sholat isya saya di syahadat, ngobrol sama pengurusnya,” pungkasnya.
Setelah selesai, ia diberi nama Ahmad. Namun ia menolak pemberian nama tersebut dan ingin namanya menjadi Muhammad. Alasannya, karena ia sempat benci Nabi Muhammad.
“Setelah selesai saya dikasih nama Ahmad tadinya. Terus saya request, boleh nggak namanya Muhammad karena banyak sekali dosa saya sama Nabi Muhammad. Saya benci beliau dulunya, tukang kawinlah, pedofil,” terangnya.
Desember 2018, Fransiskus Husein yang kini namanya menjadi Muhammad Husein resmi menjadi orang Islam. Ia mengucap dua kalimat syahadat di Masjid Al-Furqon Bekasi, Jawa Barat.