Momen Guru Besar UGM Minta Maaf, Adiknya Rela Tak Lanjut SMA Demi Lanjutkan Kuliahnya
- UGM
VIVA Lifestyle – Kisah haru seorang guru besar universitas baru-baru ini viral di media sosial. Bagaimana tidak, cerita hidupnya sukses bikin sejumlah warganet menuai decak kagum hingga dijadikannya inspirasi bagi banyak orang.
Ini adalah kisah seorang guru besar Fakultas Teknik UGM bernama Prof Sarjiya. Bagaimana kisah haru seorang dosen UGM ini? Scroll untuk baca artikel selengkapnya yang telah kami himpun dari berbagai sumber;
Sukses Menjadi Guru Besar UGM
Dia adalah Prof Sarjiya, seorang dosen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia resmi dikukuhkan sebagai guru besar di ruang balai senat UGM pada Kami 1 Februari 2024 lalu.
Saat dirinya dikukuhkan sebagai guru besar, ada momen haru yang membuat sejumlah para hadirin yang tiba di tempat seketika menitihkan air mata hingga dibuat kagum. Hal tersebut bermula saat Sarjiya menyampaikan kisah haru soal adiknya di hadapan para hadirin atau tamu undangan.
Momen haru semakin terasa, saat Guru Besar UGM ini membacakan pidato pengukuhannya dengan suara bergetar dan matanya berkaca-kaca, mengingat pengorbanan yang dilakukan kedua orangtua serta keluarganya.
Beberapa kali, dia juga terlihat harus berhenti sejenak membacakan teks pidato untuk menyeka air matanya yang mengalir deras. Di mana dalam pidato tersebut, terselip doa untuk sang adik yang rela mengorbankan dirinya dengan tidak lagi melanjutkan sekolahnya.
Hal tersebut mengingat, kondisi keuangan keluarga yang sangatlah minim jika harus membiayai dua orang sekaligus. Dalam video tersebut juga, dosen UGM ini pun turun menghampiri kedua orangtunya untuk meminta maaf sekaligus mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada mereka.
Berkat perjuangannya, guru besar ini tidak bisa mencapai titik sekarang. Dalam video tersebut, ia pun sukses dibuat nangis sesegukan saat sungkem dan memeluk erat tubuh kedua orangtunya.
"Terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada orang tua saya, bapak Pujidiono almarhum dan ibu saya ibu Sumirah yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, memberikan keteladanan dan menumpahkan semua kasih sayang kepada saya," kata Prof Sarjiya sambil menahan tangis, mengutip unggahan video yang dibagikan ulang oleh akun Instagram @infipop.id.
Pada momen ini sejumlah hadirin yang duduk menyimak pun tak kuasa menahan tangis saat melihat Sarjiya meminta maaf dan sungkem kepada orangtuanya.
Bukan dari Keluarga Berpendidikan Tinggi
Sarjiya berhasil membuktikan kepada dunia, meskipun kedua orangtuanya tak punya pendidikan tinggi, ia tetap gigih melanjutkan sekolah hingga mencapai perguruan tinggi. Sarjiya juga menceritakan bahwa kedua orangtuanya tidak memiliki kemampuan baca dan tulis karena tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah.
Namun di balik itu semua, keduanya tetap gigih menyekolahkan Sarjiya meski keputusan itu harus mengorbankan pendidikan adik perempuannya.
"Meskipun bapak almarhum dan ibu tidak bisa membaca menulis, tidak pernah merasakan bangku sekolah," terangnya dalam pidatonya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, bahwa meskipun perekonomian kedua orangtuanya terbatas, hal itu tidak menyurutkan semangat serta niatnya untuk melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi.
"Bahkan dengan pendapatan keluarga yang sangat terbatas di mana ayah almarhum sebagai buruh topong kambing dan ibu sebagai penjual gula jawa. Dengan berjalan menyusuri kota-kota Yogyakarta, bapak dan ibu waktu itu berani membuat keputusan untuk mengizinkan dan membiayai saya melanjutkan sekolah," kata dia.
Selain itu, ia juga tak lupa untuk mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada kakak dan adiknya, karena turut membantu perekonomian keluarganya.
"Semoga pengorbanan kakak-kakak dan adikku mendapatkan imbalan kebaikan yang lebih banyak dari Tuhan Yang Maha Esa,” katanya lagi.
"Terimakasih juga kepada kakak-kakakku, mbak Yanti, mbak Gina, mbak Jenen, serta adikku Arsi Suparsih yang banyak berkorban dan ikut membantu perekonomian keluarga supaya saya bisa terus lanjut sekolah hingga jenjang perguruan tinggi," tandasnya lebih lanjut.
"Secara khusus saya memohon maaf kepada adik Suparsih yang pada waktu itu tidak bisa melanjutkan ke bangku SMA, meskipun dengan nilai ujian SMP yang sangat baik karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah kita berdua," lanjutnya.
Mendengar pidato anaknya tersebut, selaku orangtua Sumirah pun tak kuasa menahan tangis dan sesekali tampak mengusap air matanya.