3 Kisah Menakjubkan di Balik Perayaan Tahun Baru Imlek: Mengungkap Misteri Monster Nian
- Pixabay
VIVA – Tahun Baru Imlek, juga dikenal sebagai "Spring Festival" atau "Lunar New Year," merupakan perayaan tahun baru dalam kalender lunar Tionghoa. Perayaan ini dirayakan oleh komunitas Tionghoa di seluruh dunia.
Ada banyak legenda dan cerita tentang Tahun Baru Imlek. Dikutip dari China Highlights, Selasa, 6 Februari 2024, berikut beberapa legenda dan cerita yang paling populer.
1. Legenda Mengapa Tahun Baru Dirayakan
Hari Tahun Baru Imlek disebut Guo Nian dalam bahasa Cina, yang bisa berarti 'merayakan tahun (baru)' atau 'mengatasi Nian'. Karakter Nián bisa berarti 'tahun' atau 'monster Nian'.
Pada zaman dahulu kala, ada monster bernama Nian (Nianshou) dengan kepala panjang dan tanduk tajam. Ia tinggal jauh di laut sepanjang tahun dan hanya muncul setiap Malam Tahun Baru untuk memakan manusia dan ternak di desa-desa terdekat.
Oleh karena itu, pada malam tahun baru, orang-orang akan mengungsi ke pegunungan terpencil agar tidak disakiti oleh monster tersebut. Orang-orang hidup dalam ketakutan terhadap monster ini sampai seorang lelaki tua berambut putih dan berkulit kemerahan mengunjungi desa tersebut.
Ia menolak bersembunyi di pegunungan bersama penduduk desa, namun berhasil menakuti monster tersebut dengan menempelkan kertas merah di pintu, membakar bambu hingga mengeluarkan suara retakan yang keras (pendahulu petasan), menyalakan lilin di dalam rumah, dan mengenakan pakaian berwarna merah. Ketika penduduk desa kembali, mereka terkejut saat mengetahui bahwa desa tersebut tidak hancur.
Setelah itu, setiap Malam Tahun Baru, orang-orang melakukan apa yang diperintahkan lelaki tua itu dan monster Nian tidak pernah muncul lagi. Tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini dan menjadi salah satu cara penting dalam merayakan datangnya tahun baru.
2. Legenda Mengapa Diberikan Amplop Merah
Selama periode Tahun Baru Imlek, orang yang sudah menikah atau orang tua memberikan amplop merah kepada anak atau junior yang belum menikah. Amplop merah disebut juga yasui qian ("menekan uang Sui").
Menurut legenda, pada malam tahun baru, selain monster Nian, ada iblis bernama Sui yang keluar untuk menakuti anak-anak saat mereka sedang tidur.
Dikatakan bahwa anak-anak yang disentuh oleh setan akan menjadi terlalu takut untuk menangis dengan suara keras, mengalami demam yang parah, dan bahkan menjadi tidak stabil secara mental. Untuk menjaga anak-anak agar tidak disakiti oleh Sui, orang tua akan menyalakan lilin dan begadang sepanjang malam.
Pada suatu Malam Tahun Baru, di rumah keluarga pejabat, orang tua memberi anak mereka delapan koin untuk dimainkan agar dia tetap terjaga, agar dia tidak disakiti oleh setan.
Anak itu membungkus koin-koin itu dengan kertas merah, membuka bungkusannya, membungkusnya kembali, dan membukanya kembali hingga ia terlalu lelah untuk tertidur. Kemudian orang tuanya meletakkan bungkusan berisi delapan koin di bawah bantalnya.
Ketika Sui mencoba menyentuh kepalanya, delapan koin itu memancarkan cahaya yang kuat dan menakuti iblis itu. Delapan koin itu ternyata adalah delapan peri. Sejak saat itu, pemberian amplop merah menjadi salah satu cara untuk menjaga keselamatan anak dan membawa keberuntungan.
3. Legenda Mengapa Kuplet Musim Semi Ditempel
Tercatat bahwa asal usul bait musim semi berasal dari 1.000 tahun yang lalu ketika orang menggantungkan taofu (jimat tertulis di kayu persik) di pintu.
Legenda mengatakan bahwa ada pohon persik besar yang membentang lebih dari 1.500 kilometer di sebuah gunung di dunia hantu. Di sebelah timur laut pohon, dua penjaga bernama Shentu dan Yulei menjaga pintu masuk dunia hantu. Mereka akan menangkap hantu yang menyakiti manusia dan kemudian mengirimkannya ke harimau sebagai makanan.
Oleh karena itu, semua hantu takut pada kedua penjaga tersebut. Dipercaya bahwa menggantungkan sepotong kayu persik dengan tulisan nama kedua penjaga di pintu dapat menakuti makhluk jahat. Pada Dinasti Song (960-1279), orang-orang mulai menulis dua baris yang berlawanan dengan keberuntungan di kayu persik, bukan nama kedua penjaga tersebut.
Belakangan kayu persik diganti dengan kertas merah yang melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Sejak itu, menempelkan bait musim semi telah menjadi kebiasaan untuk menyambut tahun baru dan mengungkapkan harapan terbaik.