Fakta Menarik Gabriel Attal, Pernah Larang Penggunaan Abaya di Sekolah

PM Baru Prancis Gabriel Attal
Sumber :
  • AP Photo

JAKARTA – Sosok Gabriel Attal tengah menjadi sorotan dunia usai Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjukkan sebagai perdana menteri Prancis. Gabriel Attal diketahui menggantikan posisi PM Elisabeth Borne yang mengunduurkan diri. 

Setelah Mary Jane, Menko Yusril: Prancis dan Australia Ajukan Permohonan Pemindahan Narapidana

Gabriel Attal juga dinobatkan sebagai perdana menteri Prancis termuda, dimana dirinya baru berusia 34 tahun sebagai Perdana Menteri. Menariknya, sosok yang cukup terbuka tentang identitasnya sebagai seorang gay. Di tahun 2018 lalu dirinya sempat menjalin asmara selama 9 bulan dengan mantan penasehat politik Macron,  yang juga anggota parlemen Eropa, Stephane Sejourne.

Pada tahun 2018, menjabat sebagai juru bicara mantan partai presiden, La Republique en Marche selama 9 bulan lamanya. Kemudian di Oktober 2018 dia diangkat oleh mantan PM Prancis, Edouard Philippe di saat usianya 29 tahun sebagai menteri junior di Kementerian Pendidikan, dan menjadikannya menteri termuda dalam sejarah Republik Kelima Prancis.

Presiden Prabowo dan PM Selandia Baru Bertemu, Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Dua Negara

Di tahun 2020 hingga 2022 dirinya ditunjuk sebagai juru bicara pemerintah Inggris. Kemudian di tahun 2023 lalu dirinya diangkat sebagai menteri pendidikan. Saat menjabat sebagai menteri pendidikan, Gabriel Attal pernah membuat larangan yang kontroversial. Yakni dengan melarang penggunaan abaya muslim di sekolah-sekolah negeri. 

Terlalu Banyak Kontroversi, Popularitas Netanyahu Menurun di Israel

"Sekularisme berarti kebebasan untuk membebaskan diri melalui sekolah," kata Gabriel Attal saat itu, menggambarkan abaya sebagai isyarat keagamaan, yang bertujuan untuk menguji perlawanan republik terhadap perlindungan sekuler yang harus dimiliki sekolah.

"Masuk ke dalam kelas, tidak boleh bisa mengidentifikasi agama siswa hanya dengan melihatnya," ujarnya.

Menjabat sebagai mentri pendidikan, Gabriel Attal juga menangani masalah lain seperti seragam sekolah dan intimidasi di sekolah Prancis. Pada musim gugur 2023, ia mengumumkan kampanye anti-intimidasi yang luas, termasuk kuesioner penilaian diri dan 'brigade anti-intimidasi' di setiap akademi (otoritas sekolah regional). 

Gabriel Attal juga sangat populer di kalangan masyarakat Prancis. Berdasarkan jajak pendapat baru-baru ini, Gabriel Attal merupakan pilihan utama masyarakat Prancis untuk menggantikan Borne sebagai PM, dengan 36 persen responden setuju bahwa ia akan menjadi perdana menteri yang baik. Sebagai perbandingan, peringkat persetujuan terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron berada di angka 27 persen pada Januari 2024.

Karena Macron tidak dapat mencalonkan diri lagi pada tahun 2027, beberapa pihak berspekulasi bahwa Gabriel Attal bisa menjadi kandidat kuat untuk menggantikan presiden saat ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya