Jejak Dokter Dalam Sejarah Berdirinya Kementerian Agama
- ist
JAKARTA – Hari ini, Kementerian Agama Republik Indonesia merayakan ulang tahunnya yang ke-78, memperingati sejarah panjang yang melibatkan peran penting dokter-dokter Indonesia dalam pembentukan dan pengembangan lembaga ini. Departemen Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter Bidang Organisasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat jejak peran dokter-dokter yang turut serta dalam proses tersebut.
Ketua Umum PB IDI, DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, mengakui kontribusi besar dokter dan IDI dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Sroll lebih lanjut.
"Dokter dan IDI memiliki peran yang penting dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia; yakni peran di bidang medis, politik, dan sosial. Para dokter dan organisasi profesi dokter ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan," ujarnya.
Dalam penelusuran sejarah, Dr Muhammad Isman Jusuf, Sp.N dari Departemen Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter Bidang Organisasi PB IDI, mencatat empat dokter yang terlibat dalam pembentukan Kementerian Agama RI, yakni Dokter K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, dr. Moewardi, dr. Marzoeki Mahdi, dan dr. Tarmidzi Taher.
Usulan pembentukan Kementerian Agama pertama kali disampaikan oleh Mr. Muhammad Yamin dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 11 Juli 1945. Meskipun usulan tersebut awalnya tidak mendapat respon positif, namun akhirnya, melalui sidang KNIP, Kementerian Agama berhasil dibentuk pada 3 Januari 1946, yang sejak itu diperingati sebagai Hari Amal Bakti Kementerian Agama.
Seiring berjalannya waktu, Kementerian Agama Republik Indonesia telah dipimpin oleh 24 Menteri Agama, termasuk tokoh berlatar belakang dokter seperti Laksda TNI (purn) dr. Tarmidzi Taher. Dr. Tarmidzi Taher, setelah pensiun dari militer, menjabat sebagai Menteri Agama Kabinet Pembangunan VI periode 1993-1998, meninggalkan legacy berupa pengembangan Siskohat dan pembentukan Dana Abadi Umat.
Buku Medical Ethics yang ditulis oleh Dr. Tarmizi Taher pada tahun 2003 mencerminkan pandangannya terhadap perkembangan ilmu kedokteran yang melibatkan disiplin ilmu lain seperti psikologi, filsafat, dan agama. Pada saat ini, Kementerian Agama juga terlibat dalam transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, termasuk pembukaan Fakultas Kedokteran dengan pendekatan non-medis yang memasukkan dimensi spiritual dan keagamaan.
Harapannya, para dokter lulusan Fakultas Kedokteran Kementerian Agama dapat meneladani peran sejumlah dokter dan ulama Indonesia seperti dr. Moewardi, dr. Marzoeki Mahdi, dan dr. Tarmidzi Taher, yang telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa dan negara.Â