Tahun Baru Liburan Dulu, Begini 11 Cara Berhenti Jadi Workaholic
- Unsplash
JAKARTA – Pekerjaan adalah bagian dari hidup, tetapi bukan keseluruhan hidup. Hal ini sering kali menjadi pengingat yang sehat bagi orang-orang yang ingin mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan yang sempurna. Namun bagi para pecandu kerja atau workaholic, hidup tampaknya lebih banyak tentang pekerjaan. Tidak ada batasan, dan hal ini seringkali dapat menghambat kehidupan pribadi seseorang hingga mengacaukan kesehatan mental mereka.
Di masa-masa liburan seperti Natal dan Tahun Baru ini, tak ada salahnya untuk istirahat sejenak dari pekerjaan dan pergi berlibur untuk menenangkan pikiran. Tetapi bagi orang-orang yang workaholic, waktu liburan mungkin masih membayangi pikiran mereka tentang pekerjaan yang harus dilakukan.
Padahal, bekerja terlalu keras juga kurang baik bagi kesehatan fisik maupun mental. Beberapa di antaranya adalah menyebabkan burnout, kelelahan, hingga meningkatkan stres.
Melansir Health Shots, berikut ini adalah tips untuk berhenti menjadi workaholic.
1. Tetapkan batasan
Ini bukan hanya tentang menetapkan batasan yang jelas dengan pasangan untuk hubungan yang sehat. Tetapi juga penting untuk menetapkan batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tentukan jam kerja tertentu dan patuhi jam kerja tersebut untuk memastikan gaya hidup yang lebih seimbang.
2. Prioritaskan perawatan diri
Luangkan waktu untuk aktivitas perawatan diri seperti olahraga, relaksasi, dan hobi yang selalu ingin dilakukan. Menjaga kesehatan fisik dan mental sangat penting untuk kebahagiaan jangka panjang.
3. Belajar mendelegasikan
Percayakan orang lain untuk berbagi beban kerja daripada melakukan semuanya sendiri. Mendelegasikan tugas dapat mengurangi beban dan memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk berkontribusi.
4. Istirahat
Jadwalkan istirahat teratur selama jam kerja untuk beristirahat dan memulihkan tenaga. Istirahat singkat dapat meningkatkan fokus dan produktivitas sekaligus mencegah kelelahan.
5. Tetapkan tujuan yang realistis
Tetapkan tujuan yang dapat dicapai dan realistis di tempat kerja. Hindari menetapkan standar yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan obsesi tidak sehat terhadap pekerjaan.
6. Renungkan nilai hidup
Pertimbangkan nilai-nilai inti dan prioritas dalam hidup. Pastikan tujuan di depan sana selaras dengan nilai-nilai ini dan lakukan penyesuaian jika perlu.
7. Bersosialisasi di luar pekerjaan
Peliharalah hubungan pribadi dengan menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga, teman, dan orang-orang terkasih. Membangun sistem pendukung yang kuat dapat membantu menciptakan kehidupan yang lebih memuaskan.
8. Carilah bantuan profesional
Jika stres dan kecemasan terkait pekerjaan terus berlanjut, jangan ragu untuk mencari bimbingan ahli kesehatan mental. Mereka dapat memberikan strategi dan dukungan untuk mengatasi masalah tersebut. Hindari membiarkan masalah gangguan mental berlarut-larut karena bisa membawa pada kondisi yang lebih parah lagi.
9. Latih perhatian penuh
Gabungkan teknik kesadaran seperti meditasi atau latihan pernapasan dalam dalam kegiatan sehari-hari. Ini akan membantu untuk tetap fokus berada di masa sekarang dan mengurangi stres.
10. Batasi penggunaan teknologi
Tetapkan batasan komunikasi terkait pekerjaan setelah tidak berada di kantor atau di luar jam kerja. Matikan notifikasi email dan tahan keinginan untuk terus-menerus memeriksa pesan kantor selama waktu pribadi.
11. Rayakan pencapaian
Akui dan rayakan pencapaian kecil dan besar dalam hidup yang sudah dilakukan. Sadarilah bahwa kesuksesan tidak semata-mata ditentukan oleh prestasi kerja. Dengan menerapkan strategi ini, siapapun dapat secara bertahap beralih dari kecenderungan gila kerja kepada pengembangan pendekatan hidup yang lebih sehat dan seimbang.