Buya Yahya Ungkap Arti Mengucapkan Selamat Hari Natal

Buya Yahya
Sumber :
  • Instagram @buyayahya_albahjah

JAKARTA  – Hari Natal telah tiba, di mana semua umat Nasrani bersuka cita merayakannya dengan berbagai cara, mulai dari beribadah ke gereja hingga dilanjut dengan acara kumpul keluarga. Di Indonesia sendiri tradisi Natal biasanya diisi dengan kegiatan menarik seperti mengadakan pertunjukan musik, tukar kado dengan keluarga dan sahabat, atau sekedar pergi berlibur ke tempat wisata.

Kapolri Sebut 141.443 Personel Dikerahkan untuk Pengamanan Natal dan Tahun Baru 2025

Tetapi hal paling utama yang pasti dilakukan adalah memberikan ucapan selamat Hari Raya Natal bagi semua orang yang merayakannya. Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan apakah boleh umat Islam, yang merupakan agama mayoritas penduduk Indonesia, mengucapkan selamat Hari Natal kepada umat Nasrani yang merayakan.

Biasanya, ucapan seperti itu dianggap sebagai sebuah toleransi beragama mengingat semua orang hidup berdampingan. Tetapi di sisi lain, ada juga yang meyakini dalam Islam mengucapkan Natal hukumnya adalah haram dan dilarang.

Menag Ajak Masyarakat Rayakan Tahun Baru dengan "Dekonsentrasi Jalanan"

Buya Yahya.

Photo :

Untuk ini, Buya Yahya menjelaskan bahwa toleransi beragama yang sesungguhnya adalah dengan tetap menghargai orang lain tanpa memaksanya. Seperti halnya Natal, umat Islam juga punya Idul Fitri atau lebaran. Saat hari raya itu, maka umat muslim tidak boleh memaksa orang Nasrani merayakannya, begitu juga sebaliknya.

Kemenag Selenggarakan Forum Sharia Internasional yang Dihadiri 14 Negara, Ini yang Jadi Pembahasan

"Toleransi itu jangan paksa orang lain untuk ikutin kamu. Jadi gara-gara toleransi salah dalam penerapannya. Contohnya gini, toleransi kalau hari raya Idul Fitri, Anda jangan paksa karyawan Nasrani untuk ucapkan 'Selamat Hari Raya' atau memberikan bingkisan, kan begitu mestinya. Seperti pengajian, orang Nasrani tidak wajib," kata Buya Yahya, mengutip video di Youtube Al-Bahjah TV, Senin 25 Desember 2023.

Oleh karena itu, Buya Yahya menekankan bahwa toleransi berarti tidak ada paksaan dari siapapun termasuk memberikan ucapan selamat Natal maupun ikut merayakan. Sementara itu, alasan mengapa umat Islam tidak ikut merayakan atau dilarang memberikan ucapan karena Natal merupakan perayaan kelahiran Yesus Kristus, yang mana dalam ajaran Islam Yesus atau Nabi Isa AS adalah seorang nabi.

"Apa sih artinya mengucapkan 'Selamat Natal'? Mengucapkan itu artinya merayakan kelahiran Yesus yang Tuhan bagi umat Nasrani. Jadi kalau kita (umat Islam) jangan pusing karena di Nabi Isa bukan Tuhan bagi umat Islam," terangnya.

Dari situlah mengapa ajaran Islam dan Kristen berbeda serta umat muslim pun tidak perlu ikut merayakan Natal. Menurut Buya Yahya, hal ini semestinya bukan masalah besar karena umat Nasrani pun tidak keberatan jika teman-teman atau saudara yang muslim tidak memberikan ucapan.

"Jadi kalau mengatakan haram bukanlah sebuah masalah, justru yang mempermasalahkan, orang Islam yang ngaco. Orang Nasrani tidak masalah kalau Islam tidak mengucapkan Natal," ujar Buya Yahya.

Dengan begitu, saling menghargai keyakinan masing-masing adalah wujud dari toleransi yang sebenarnya, bukan sekedar ikut merayakan Natal atau tidak. Di samping itu, ada juga kewajiban untuk saling membantu, di mana ketika ada umat Nasrani yang kesulitan maka orang Islam wajib memberikan bantuan.

"Dalam Islam nggak ada toleransi adanya kewajiban, misalnya tetangga sakit kita wajib ngasih, tetangga Nasrani yang sakit, kita wajib kasih makan, kasih obat, tetangga Nasrani yang lapar kita wajib kasih maka, itu bukan toleransi tapi kewajiban," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya