Masih Ramai Boikot, Pakar: Bukan Menolong Malah Menimbulkan Masalah
- Pixabay.
JAKARTA – Dukungan terhadap perjuangan Palestina bisa dilakukan melalui banyak hal termasuk melalui diplomasi, donasi dan bantuan material kepada rakyat Palestina. Demikian beberapa hal yang mengemuka dalam diskusi yang digelar oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fisip UI dalam rangka Hari Internasional untuk Solidaritas Palestina yang diperingati tiap 29 November.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun yang hadir dalam acara ini berterima kasih atas donasi dan dukungan pemerintah dan rakyat Indonesia terhadap Palestina. Scroll untuk info selengkapnya.
“Dua penerbangan telah berangkat ke Al-Areesh, dan Presiden Jokowi ada di sana menghadiri penyerahannya. Dan donasi yang dikirim tentu akan membantu Palestina, khususnya rakyat di Gaza. Apapun yang kami terima, Alhamdulillah, kami bangga dan berterima kasih atas donasi tersebut,” jelas Zuhair Al Shun di hadapan media.
Dalam acara itu, Keluarga Besar Departemen Hubungan Internasional (HI) FISIP UI juga menyerahkan donasi sebesar Rp115 juta melalui Dubes Palestina. Selain Dubes Palestina, acara ini juga dihadiri oleh Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Hubungan Antar-Lembaga Muhsin Syihab, guru besar departemen hubungan internasional dari FISIP UI, Prof. Evi Fitriani, Ph.D. serta Dosen Tetap Departemen HI Broto Wardoyo, Ph.D.
Guru besar Ilmu Hubungan Internasional dari FISIP UI, Prof. Evi Fitriani, Ph.D mengatakan sebagai institusi pendidikan, Universitas Indonesia mengingatkan masyarakat untuk terus mendukung perjuangan agar Palestina dapat berdaulat. Ia juga mengingatkan untuk tetap berhati-hati dengan banyaknya bentuk dukungan solidaritas, salah satunya adalah ajakan untuk boikot.
“Saya terus terang tidak mendukung boikot, dan kita sebagai akademisi seharusnya hati-hati,” tegas Evi.
“Boikot itu tidak efektif, yang terkena justru orang-orang yang tidak bersalah. Apalagi boikot produk. Merek-merek itu rantainya sangat panjang, bahkan banyak juga keterlibatan masyarakat kita. Dan ini jadi masalah karena bukannya menolong justru kita malah menimbulkan masalah,” beber Evi.
Senada dengan Evi, Dosen Tetap Departemen HI Broto Wardoyo, Ph.D. yang turut hadir dalam kesempatan itu juga mengatakan gerakan boikot yang dilakukan seharusnya tepat sasaran.
“Ada banyak daftar produk yang beredar selama ini, namun tidak pernah ada kajian serius apakah benar produk tersebut terafiliasi dengan Israel atau tidak. Salah satu yang komprehensif menurut saya adalah daftar yang dikeluarkan oleh BDS,” jelas Broto.
Pentingnya penelusuran yang komprehensif terhadap merek-merek yang beredar adalah untuk menghindari pihak-pihak yang dapat menunggangi isu boikot untuk kepentingan persaingan usaha.
Gerakan BDS Indonesia, yaitu Boikot, Divestasi, dan Sanksi terhadap Israel, yang merupakan bagian dari Palestinian BDS National Committee (BNC), menyerukan kepada publik untuk menghentikan pembelian produk dari sejumlah perusahaan besar yang terlibat dalam mendukung serangan Israel ke Palestina. Di mana, Danone tidak masuk dalam daftar boikot menurut BDS International.