Wanita Pendukung Israel Putuskan Mualaf Usai Temukan Kejanggalan
- Pixabay/ Hamsan
VIVA Lifestyle – Seorang wanita mualaf yang enggan menyebutkan identitasnya kini menikah dengan pria asal Palestina. Dulunya, dia mengaku penganut agama Yahudi Hasidic keterunana Jerman-Israel.
Muslimah yang memilih menutup auratnya dan bercadar ini lahir dan tumbuh besar di Kanada. Seperti komunitas Yahudi Hasidic umumnya ia kerap mengasingkan diri dari kelompok non-Yahudi. Scroll untuk tahu cerita lengkapnya.
"Saya pergi ke sekolah Yahudi sepanjang hidup saya sampai sekolah menengah atas. Jadi saat itu saya menjadi super Yahudi. Saya dulu juga adalah seorang zionis yang gigih," kata dia mengutip tayangan YouTube Ayatuna Ambassador, Rabu 15 November 2023.
Kondisi ini membuatnya menjadi seorang zionis yang gigih. Hingga menganggap Israel adalah identitas kebangsaannya, walaupun selama ini tinggal di Kanada.
"Saya sangat pro terhadap Israel, sampai menganggap Israel adalah identitas kebangsaannya," kata dia.
Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas, dia mulai mengenal dunia luar. Dia bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya, agama dan keyakinan. Mendapati dirinya berada di lingkungan yang jauh berbeda dari sebelumnya, membuat wanita bercadar ini harus bisa menyesuaikan diri sebaik mungkin. Ia juga mengaku sering mendapat pertanyaan yang tak jarang dapat menggoyahkan keyakinannya.
"Berawal dari orang-orang yang mulai bertanya tentang Yudaisme pada saya. Terkadang pertanyaannya cukup menantang. Misalnya ada seorang wanita yang bertanya tentang Shabbat," tuturnya.
Setelah itu, dia mulai terpengaruh. Dia mengaku mulai menjauhi diri dari ajaran Yahudi, wanita ini juga mengaku sempat merasakan sedikit keraguan dalam hati mengenai agama yang dianutnya saat itu.
Sempat merasa kosong, wanita ini akhirnya kembali muncul pertanyaan kritis di benaknya yang membuatnya ragu tetang ajaran Yudaisme.
"Saya penasaran kenapa orang Yahudi tidak bersujud saat berdoa? Saya kemudian mencari tau lewat Google, Chabad dan lain-lain. Tapi saya masih belum menemukannya jawaban yang meyakinkan," ujarnya.
Ia juga mengaku saat itu menemukan kejanggalan tentang ajaran agama yang dianutnya kala itu.
"Saya menyadari bahwa standar Yudaisme modern seperti yang orang jalankan sekarang disebut Yudaisme Rabinik karena banyak aturan, hari raya dan peraturan yang dijalankan orang Yahudi sekarang ini," pungkasnya.
Saat mengetahui hal itu, dia merasa adanya keanehan tapi di sisi lain dia menemukan jawaban dari sejumlah pertanyaannya. Seperti kenapa setiap umat Yahudi harus seperti ini saat Paskah, Hanukkah, dan Rosh Hashanah.
Pada waktu bersamaan dia juga mendalami ajaran agama lain termasuk Islam. Dan mendapati Islam adalah agama yang cukup mirip dengan Yahudi, namun dia berpikir saat itu Islam adalah agama plagiat yang meniru Yahudi.
Namun diungkap wanita tersebut, kelebihan di Islam hanya kepercayaan pada Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Jadi itulah tambaham yang tidak ada di Yudaisme.
"Saya sebagai orang Yahudi saat itu menganggap Islam mencuri kitab kami, mereka meniru, menyalin kitab kami," kata dia.
Wanita yang bersuamikan orang Palestina ini akhirnya tersadar bahwa Islam tidak meniru agama lain.
"Saya akhirnya sadar bahwa Alquran tidak meniru kitab Yahudi, melainkan memang dari Tuhan yang sama. Jadi Allah terus melanjutkan pesan-Nya. Dan menurut saya ini seperti informasi baru dan beberapa penyesuaian baru," kata dia.
Menyadari keyakinannya tumbuh untuk hidup berlandasarkan ajaran Islam, pada Ramadhan di tahun 2017 dia masuk Islam secara diam-diam. Namun sayangnya saat itu jalannya tidak mulus, pada 2018 saat dia mengungkapkan ke-Islamannya, wanita ini justru mendapat kecaman dari keluarga.
"Setelah satu tahun memeluk Islam saya memutuskan untuk memberi tau ibu saya. Pada intinya dia tidak senang dengan keputusan saya ini. Dia bilang dia telah gagal menjadi orangtua dan dia merasa telah gagal dalam mendidik saya dalam hal agama. Tapi saya menjelaskan padanya bahwa ini tidak ada hubungan dengannya. Ini adalah bagian dari jalan hidup saya," ujarnya.