Siasati Sepinya Toko Offline, Konsep MMC Beri Inovasi Kembangkan Usaha

Ilustrasi bisnis atau jualan online.
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Saat ini banyak pemilik toko offline merasa sepi pelanggan, sehingga menjalankan usahanya secara online. Namun, menjalankan usaha online pun tidak mudah. Mengingat, seorang pengusaha juga harus belajar sendiri cara membuka toko online, membuat kreasi konten untuk sosial media, dan melakukan pengiriman barang secara pribadi.

60 Pedagang Makassar Jadi Korban Penipuan Aplikasi Belanja Online, Kerugian Capai Rp5 Miliar

Pun bagi mereka yang sudah punya cukup banyak followers di sosial media, mereka masih harus mencari sendiri produknya. Masalahnya, mencari produk itu bukan perkara mudah.

Harus dicek lebih dahulu produknya itu legal atau tidak, izin dari BPOM atau Departemen Kesehatan-nya, izin edarnya, hingga pembayaran pajaknya.

Mengenal Marketing Mix, Strategi Perusahaan untuk Jangkau Pasar yang Lebih Luas

Belum lagi jika terjadi perang harga, yang harus dihadapi dan diatasi sendiri. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Ilustrasi bisnis online.

Photo :
  • http://rumpitekno.com
Aisar Khaled dengan Fuji Semakin Dekat, Warganet Ramai Senggol Thoriq Halilintar

Dan melihat kondisi saat ini, dimana persaingan dalam dunia usaha semakin lama dirasa semakin ketat, maka hal tersebut mendorong terciptanya konsep marketing yang sangat unik dan menarik, yang dinamakan Mixed Marketing Concept (MMC).

Ya, adapun konsep dan inovasi terobosan tersebut diciptakan oleh CNI Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai perusahaan yang memasarkan produk dengan konsep Multi Level Marketing (MLM).

Inisiatif memunculkan konsep MMC itu pun mengemuka usai mengamati situasi terkini yang tidak mudah, terutama terkait masalah sosial dan geo-politik di Indonesia, plus adanya ‘ledakan’ teknologi yang sangat luar biasa.

Hal tersebut pun membuat CNI selaku perusahaan berupaya untuk menjadi kreatif, adaptif, dan fleksibel.

Konsep MMC itu pun terstimulasi dari kesadaran bahwa segala sesuatu tidak akan mungkin mencapai tahap yang lebih baik kalau tidak berani melakukan perubahan. Termasuk sebuah perusahaan.

Bukti dari transformasi yang dilakukan ditandai dengan banyaknya perubahan. Mulai dari perubahan mindset, cara berbisnis, distribusi produk, kebijakan, promo, pricing, marketing plan (rancangan bisnis), semuanya berubah. Termasuk adanya tim manajemen yang masih berusia muda (regenerasi).

Konsep MMC tersebut merupakan penggabungan keunggulan dari konsep pemasaran tradisional (offline dan online), penjualan langsung yang mencakup penjualan pribadi, berjenjang terbatas, dan penjualan berjenjang, serta sedikit mengadopsi sistem franchise.

Kalau dalam MLM konsepnya adalah penjualan berjenjang, yang mana setiap anggota diharapkan dapat merekrut orang sebanyak-banyaknya untuk menggunakan dan memasarkan produk dengan pola marketing bertingkat. MMC memiliki konsep yang berbeda.

“MMC tidak seperti itu. CNI tidak lagi membuka kesempatan untuk orang-orang menjadi anggota kapan saja dan di mana saja. Kesempatan untuk menjadi anggota CNI kelak hanya akan dibuka jika dirasa perlu di lokasi yang diperlukan,” kata S. Abrian Natan, CEO CNI Indonesia.

Abrian mengungkapkan kelebihan pemasaran secara online dari MMC CNI dibandingkan kebanyakan bisnis online lainnya.

“Nah, di MMC CNI, jika ada anggotanya yang ingin menjual produk CNI secara online, hal-hal tersebut tidak terlalu jadi masalah. CNI akan memberikan pelatihan bagaimana cara membuat toko online, membuat konten, dan sebagainya,” ucap Abrian.

Bahkan, masih menurut Abrian, CNI akan membuat konten produk untuk dipromosikan secara online dan para anggota dapat menggunakan konten (video atau foto) tersebut dalam akun sosmednya.

Semua produk-produk CNI tentunya sudah mempunyai izin BPOM/Depkes, izin edar, izin halal, membayar pajak, dan sebagainya.

Selain itu, yang paling penting adalah produk CNI tidak mempunyai saingan secara langsung. Karena produk-produk CNI dibuat oleh CNI sendiri.

“Memang betul, ada satu masalah yang dapat terjadi, yaitu masalah perang harga atau undercutting. Dalam hal ini CNI berkomitmen, untuk bersama dengan para mitranya mengatasi hal tersebut. Kami percaya masalah ini dapat diatasi, setidaknya diminimalisasi secara signifikan,” Abrian menuturkan. 

“Persaingan yang dapat dilakukan adalah dalam hal kreativitas membuat konten, pelayanan yang maksimal dan responsif, hubungan yang baik dengan para konsumen dan sebagainya,” pungkas Abrian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya