Kisah Mualaf Bawa Kain Kafan ke Kantor karena Haknya Tak Kunjung Diberikan
- Youtube
VIVA Lifestyle – Seorang mualaf bernama Koh Andri mengungkapkan kejadian tak menyenangkan dari perusahaan tempat bekerjanya dahulu. Ia sampai membawa kain kafan ke kantornya sebagai bentuk protes.
Pria 27 tahun tersebut baru saja masuk Islam sekitar tiga bulan yang lalu karena dapat pencerahan dari kerabatnya. Rasa ingin balas dendam pun sirna karena keikhlasannya.
Pria berdarah Tionghoa itu mengungkapkan bahwa keluarganya terdiri dari agama yang berbeda. Salah satu kakaknya menganut agama Islam sehingga ia suka memerhatikan aktivitasnya ketika beribadah.
Sementara itu, saat masih menjadi seorang Katolik, hidup Koh Andri sempat berantakan. Ia jarang pergi beribadah ke gereja dan suka begadang hingga membuat salah satu kerabatnya prihatin. Akhirnya, Koh Andri diajak mengenal Islam hingga akhirnya ia mengucap dua kalimat syahadat.
Kedahsyatan Islam dirasakan oleh Koh Andri setelah kematian kedua orang tuanya. Ayah Koh Andri meninggal dunia karena penyakit komplikasi sementara sang ibunda meninggal karena kanker stadium empat.
Di tengah kesulitannya merawat sang ibunda sebelum meninggal, perusahaan tempat Koh Andri bekerja saat itu tidak segera membayarkan gajinya. Padahal, ia sangat membutuhkan uang untuk biaya rumah sakit ibunya.
"Agak kecewa sih sama perusahaan uang itu karena ketika saya butuh uang dan harus menerima gaji, gaji saya dipending. Saya kurang tahu juga kesalahan saya di mana. Absen full, kerjaan ngga ada masalah, penjualan juga baik," kata Koh Andri, melansir YouTube Rukun Indonesia, Senin 23 Oktober 2023.
Kemudian hingga saat sang ibunda meninggal, hak Koh Andri juga tak kunjung diberikan.
"Pas banget tanggal 31 Maret ibu saya meninggal saya mau beli peti tapi ngga dikasih haknya," tambahnya.
Koh Andri sangat marah saat itu hingga mengajukan protes kepada pihak perusahaan karena gajinya tak kunjung dibayarkan. Ia merasa kinerjanya selama itu sudah cukup baik namun haknya justru ditahan oleh perusahaan. Protes Koh Andri pun tak digubris oleh pihak perusahaan. Akhirnya ia memilih untuk mengundurkan diri.
Sebagai wujud protesnya lagi, saat berkunjung ke kantor untuk mengurus dokumen pengunduran dirinya, Koh Andri sengaja membawakan kain kafan untuk diberikan kepada atasannya.
Ia menyinggung sikap perusahaan yang tak kunjung membayarkan hak karyawan padahal saat itu ia sangat membutuhkannya. Koh Andri sekaligus memperingatkan bosnya agar tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun sebagai bentuk duka cita atas kematian ibunya.
"Untuk resign dua minggu ke depan saya minta surat paklaring saya. Saya bawa kain kafan ke kantor. Saya titip ke resepsionis," katanya.
"Saya titip buat ibu kain kafannya dan ngga usah nyumbang untuk ibu saya, ngga usah ngeluarin duit sepeserpun untuk kematian ibu saya. Nanti untuk kematian ibu saja," tambahnya.
Diakui oleh Koh Andri bahwa ia sangat marah dengan sikap orang-orang di perusahaan tersebut. Bahkan saat pemakaman ibunya, tidak ada satu pun teman kantor yang datang untuk menunjukkan rasa bela sungkawa.
Koh Andri sempat terpikir untuk balas dendam kepada orang-orang di perusahaan itu. Tetapi dalam lubuk hatinya justru merasa lain.
Koh Andri menyadari bahwa dalam ajaran agama Islam ia tak diperkenankan melakukan balas dendam kepada siapapun. Koh Andri lantas hanya bisa ikhlas melepas kepergian kedua orang tuanya.
"Kejadian itu saya sempat mikir buat balas dendam tapi tidak tidak dilakukan seiring berjalannya waktu karena saya sudah ngerasa tenang sudah berusaha ikhlas untuk kedua orang tua," ujar Koh Andri.