Pria Atheis Berani Tantang Allah Berakhir Jadi Mualaf
- Freepik/jcomp
AUSTRALIA – Ruben Abu Bakr, pria asal Australia ini awalnya seorang ateis, namun akhirnya memutuskan masuk Islam. Sebelum mualaf, dia sempat mempelajari seluruh agama, mulai dari Kristen, Taoisme, Buddha, Hindu, hingga bertemu dengan agama Islam.
Perjalanan Ruben menemukan Islam berawal saat dia berada di bangku sekolah. Kala itu menjadi tahun yang begitu berat bagi Ruben. Kedua orang tuanya bercerai, dia mengalami kecelakaan dua kali dalam seminggu, temannya meninggal dan anjingnya pun mati.
"Tahun itu membuatku berpikir kenapa aku di sini? Apa tujuan hidup? Kenapa harus bangun di pagi hari? Kenapa harus peduli? Kenapa aku tidak duduk saja menonton TV, kurasa aku mulai bertanya tentang tujuan hidup dan ini menuntunku memulai petualangan Rohani," kata dia.
Dia lalu mencari keberadaan Tuhan hingga meneliti setiap agama yang ada. Nasrani menjadi agama pertama yang mendapat perhatiannya lantaran dia seorang kristen.
Dia terus mendalami agama Kristen dan meneliti seluruh aspeknya yang berbeda-beda. Namun sayangnya,dia tak pernah menemukan jawaban yang pasti.
"Setiap kali ke sana dan bertanya mereka hanya menjawab 'inilah jawabannya Saudaraku'. Mereka asal menjawab, mereka menjawab dengan pendapat masing-masing dan aku menyadari ada banyak interpretasi dalam Kristen dan semua orang mempunyai interpretasi yang berbeda. Pendeta dari satu gereja percaya satu aspek Kristen sementara yang lain berpendapat berbeda dengannya," kata Ruben.
Ruben kemudian mulai mencari tahu tentang agama Hindu dari rekan kerjanya di sebuah pom bensin. Namun dia merasa hal itu sukar dipahami, sehingga dia memutuskan untuk menganalisis lebih dalam agama lain yakni Mormon.
"Aliran ini sebenarnya lebih menarik bagiku daripada hampir semua aliran Kristen lain. The Cruch of Latter Day Saints. Mereka lumayan ketat mereka tidak minum alkohol mereka tidak minum kafein sayangnya mereka suka cola karena aku tahu le bos (orang Lebanon) suka cola," kata Ruben.
Tetapi lagi lagi ada keyakinan yang membuat Ruben ingin mencari bukti lagi tentang keberadaan Tuhan. Ruben kemudian mencoba mempelajari agama Buddha. Kala itu Ruben percaya bahwa agama tersebutlah yang akan dipilihnya.
"Kupikir ini hebat mereka punya banyak orang kulit putih dan tampaknya mereka bersatu dengan alam dan itu yang membuat aku tertarik tetapi semakin lama ku dalami aku sadar ini bukanlah agama Tuhan," kata dia.
Ruben kemudian bertemu dengan temannya dan bercerita tentang permasalahannya itu. Teman Ruben kemudian menyarankan Ruben untuk mempelajari agama Islam. Kala itu Ruben menolak keras karena di matanya Islam adalah agama teroris. Namun beberapa hari kemudian dia pergi menuju masjid.
Saat pergi ke masjid, Ruben bahkan menggunakan sepatu melewati karpet yang digunakan untuk salat. Hingga dia hampir menginjak kepala seorang umat yang tengah menjalankan ibadah salat.
"Aku menengok dan kulihat saudara ini kamu mungkin kenal dia namanya Abu Hamzah. Dia sering ke sini dan ceramah beberapa kali. Dia punya jenggot yang lebat Masya Allah dia menuju ke arahku dan aku berpikir hari ini aku akan mati ini adalah hari terakhir hidupku. Aku pasti mati aku kulit putih dia Lebanon apa yang harus kulakukan aku pasti mati," kata Ruben.
Ruben yang ketakutan kala itu pun terkejut ternyata hal itu tidaklah seperti yang dibayangkan. Tapi, kata pertama yang diucapkan pria itu adalah 'selamat siang kawan apa kabarmu'
Tidak sampai di situ, Ruben juga diberikan minuman dan biskuit ketika di sana. Saat itu dia kemudian bertanya pertanyaan yang pernah dia ajukan kepada para pendeta, pastor. Hal yang paling mengejutkan Ruben adalah setiap dia bertanya mereka tidak asal menjawab. Mereka ambil Al-Quran dan menyuruh Ruben untuk membaca Al-Quran untuk mendapatkan jawabannya.
"Setiap kali lalu aku bertanya lainnya pertanyaan sulit bukan yang mudah kenapa wanita harus memakai hijab ada apa dengan hijab kenapa aku boleh beristri empat sedangkan wanita tidak boleh bersuami empat. Aku yang tahu pertanyaan yang sulit yang merupakan pertanyaan pertama saat mengenal Islam setelah sekian lama mereka terus menjawab pertanyaan dengan Al-Quran bukan dari pendapat pribadi aku pun menjadi frustrasi," kata Ruben.
Hingga suatu saat setelah berminggu-minggu mengunjungi masjid itu, Ruben mengutarakan keinginannya untuk meminjam Al-Quran untuk dibawanya ke rumah. Ruben kemudian membawa Al-Quran itu ke rumah dan mulai membacanya. Saat membacanya, Ruben merasa tidak seperti sedang membaca sebuah, kisah rasanya seperti membaca perintah seseorang, seseorang yang memberinya petunjuk.
Hingga suatu malam dia memutuskan untuk mendapatkan suasana rohani demi mencari keberadaan Tuhan. Diia kemudian menyalakan lilin dan membuka jendela serta gordyn untuk mencoba merasakan nuansa rohaniah.
"Aku berkata Allah inilah waktuku inilah waktunya aku masuk Islam apa yang kau butuhkan hanya sedikit tanda sedikit saja tanda tidak usah yang besar mungkin sedikit petir mungkin separuh rumahku rubuh sesuatu yang kecil saja dan Subhanallah sama sekali tidak terjadi apa apa," kata Ruben.
Ruben kemudian kembali membaca surat terakhir dalam Al-Quran yang dibacanya. Dalam surat itu dijelaskan untuk kalian yang meminta petunjuk, ‘Tidaklah telah cukup kami tunjukkan lihat di sekitar melihat bintang-bintang lihatlah matahari lihatlah air inilah tanda tanda bagi orang yang mengerti.”
"SubhanAllah dan Subhanallah aku tutupi kepalaku aku pura-pura tidur setakut itulah aku. Aku tak percaya betapa sombongnya aku aku menginginkan tanda-tandaku sendiri. Sementara tanda-tanda itu sudah ada sejak lama fakta kita punya dunia ini fakta adanya penciptaan inilah tanda-tanda bagi kita semua," ungkap Ruben.
Hingga esok harinya Ruben memutuskan untuk menjadi muslim dan mengucap syahadat.
"Aku sama sekali tidak tahu apa yang harus kukatakan aku sama sekali tidak tahu kalimatnya waktu itu hampir sholat Isya mungkin pukul tujuh atau delapan malam. Jadi aku duduk di sana dengan gugup harus kuakui. Aku beri dan berani berkata kamu harus ucapkan kalimat ini asyhadu kau bilang apa Asad apa.. Asyhadu. ku bilang apa? Asy apa? bisakah dalam bahasa Inggris, pria ini bilang tidak, harus dalam bahasa Arab," ungkap Ruben.
Sempat tidak bisa mengucap syahadat dalam bahasa Arab, Ruben yang dikelilingi oleh banyak jamaah lantaran kala itu merupakan malam pertama Ramadhan membuatnya sangat takut.
"Aku berdiri dan subhanallah. seiring aku mengucapkan kalimat itu, semua ketakutan menghilang dari pikiranku. Serasa seperti ada pancuran di kepalaku dan seseorang menyalakan air dinginnya. Rasanya seperti dibasuh air bersih. Aku ucapkan kalimatnya. Dan tidak kusangka begitu banyak saudara muslim menghampiri dan bertakbir, Allahu Akbar. Mereka mulai menciumku dan memelukku," kata Ruben.