Wanita Ini Terselamatkan dari Kematian dan Autisme Usai Jadi Mualaf

Nisha.
Sumber :
  • Youtube

VIVA LIfestyle – Perjalanan spiritual wanita bernama Nisha yang menjadi mualaf patut diacungi jempol. Lahir dan besar di keluarga penganut agama Kristen, Nisha akhirnya memutuskan untuk berpindah keyakinan karena menemukan rasa kedamaian hati yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Takut Kematian Menjadi Alasan Paula Verhoeven Mantap Berhijab

Nisha mengungkapkan bahwa kedua orang tuanya adalah umat Kristen yang cukup taat. Mereka rajin pergi beribadah ke gereja setiap Minggu bahkan membaca Al Kitab di rumahnya. Keluarga Nisha juga sering berkumpul untuk sekedar berdiskusi ilmu-ilmu dalam ajaran Kristen.

Nisha.

Photo :
  • Youtube
Terpopuler: 10 Buah Bantu Turunkan Berat Badan hingga Cegah Kanker dengan Pijat Payudara, Bagaimana Caranya?

Saat ia masih berusia 7 tahun, tiba-tiba salah satu paman Nisha menjadi seorang mualaf. Pamannya itu lantas memberikan banyak ilmu tentang Islam kepada Nisha seperti bagaimana caranya menjadi muslim hingga pengetahuan seputar Al Quran dan para Rasul.

"Pamanku menjadi mualaf ketika aku berumur 7 tahun. Dari situlah aku juga belajar soal Islam darinya. Dia mengajarkanku banyak hal soal Islam. Dia mengajarkanku bagaimana untuk menjadi muslim, apa artinya menjadi muslim, lalu belajar soal Al Quran dan Rasul," jelas Nisha, melansir YouTube Overcometv, Rabu 27 September 2023.

Kisah Mualaf Diego Michiels, Pemain Naturalisasi yang Kritik Timnas Indonesia

Sejak saat itulah Nisha merasa seolah Islam sudah menjadi bagian dari dalam dirinya. Ia sering kali memikirkan bagaimana caranya supaya bisa menjadi seorang muslim. Ajaran yang diberikan oleh pamannya tersebut membuat hati Nisha sangat tersentuh.

Saat beranjak remaja, Nisha sering kali ingin mengakui bahwa dirinya adalah seorang muslim. Namun ia belum memiliki keberanian mengingat keluarganya juga merupakan umat Kristen yang taat.

Tetapi, Nisha berulang kali memikirkan untuk mengatakan dengan lantang bahwa ia adalah seorang muslim dan bangga dengan agama yang dipilihnya itu.

"Pada akhirnya aku merasa harus mengatakannya dengan lantang dan bangga 'aku adalah muslim, aku bangga sebagai muslim'. Tapi waktu sekolah aku pemalu dan pendiam," ujarnya.

Ilustrasi wanita muslim/wanita berhijab.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com

Nisha harus merasakan kedukaan yang sangat dalam di usia 17 tahun, di mana sang ayah meninggal dunia akibat penyakit kanker stadium 4. Ia pun merasakan sangat kehilangan sosok yang selama itu selalu berada di sampingnya.

Selama masa berkabung itu, Nisha merasakan cobaan yang sangat berat dalam hidupnya. Bahkan ia sempat terpikirkan soal kematian karena takut tak sanggup menjalani hidup tanpa ayahnya.

"Ayah ku meninggal karena kanker stadium empat ketika aku berusia 17 tahun dan itu adalah masa yang berat di hidupku. Tapi dengan Islam, itu membawaku merasa jadi lebih baik untuk menghadapi banyak hal termasuk kematian," katanya.

Sejak saat itu, Nisha merasakan bagaimana kedamaian dalam agama Islam yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bagi Nisha, Islam telah memberikan banyak perubahan dalam hidupnya perihal spiritual.

Nisha yang merupakan pengidap autis pun merasa terselamatkan karena belajar agama Islam. Jika dulunya Nisha selalu kesulitan untuk berinteraksi secara sosial karena khawatir dengan pendapat orang lain terhadapnya, sejak memeluk Islam Nisha tak pernah lagi takut akan hal-hal semacam itu.

"Islam membawa kedamaian untukku, banyak kedamaian dan hal spiritual. Islam mengubah banyak hal dalam hidupku contohnya, aku adalah autis jadi islam membuatku sadar akan banyak hal," ujar Nisha."Aku sangat berjuang untuk berinteraksi sosial tetapi lewat Islam dan beribadah, aku belajar tentang para Rasul hingga membuatku lebih percaya diri," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya