Sekolahnya Lama dan Capek, Dokter Muda Ini Larang Masuk ke Fakultas Kedokteran
- Tangkapan Layar: Instagram
Jakarta – Sudah menjadi rahasia umum bahwa sekolah kedokteran cukup berat dilakukan dan tentunya memakan waktu yang tidak sebentar. Meski demikian, jurusan kedokteran masih menjadi favorit jurusan di banyak perguruan tinggi di Indonesia.
Hal ini karena mereka tertarik dari segi karier, pendapatan, sampai profesinya yang disegani di tengah masyarakat. Namun, untuk menjadi seorang dokter di Indonesia itu tidak sama dengan kuliah di jurusan lain. Ada berbagai tahapan yang harus dilewati oleh mahasiswanya.
Tahapan-tahapan yang dimaksud mulai dari preklinik, koas, internship, dan sekolah spesialis yang harus dilewati. Perkiraan waktu mahasiswa kedokteran untuk belajar dan bisa memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Indonesia memerlukan waktu sekitar 7 tahun.
Dengan alasan tersebut, dokter Asa Ibrahim kemudian membuat konten dengan sejumlah dokter muda. Ia bertanya apakah akan mengizinkan adik-adik mereka untuk mengambil sekolah kedokteran atau tidak, mengingat lamanya waktu yang harus ditempuh untuk menjadi dokter.
“Kalau adekmu mau jadi dokter, akan kamu dorong atau kamu larang?” tanya dr Asa Ibrahim seperti dilansir dari akun Instagram pribadinya pada Rabu, 20 September 2023.
Sebagian besar dari mereka akan melarang adik-adiknya untuk menempuh pendidikan di sekolah kedokteran. Alasan yang paling menonjol dari beberapa dokter muda tersebut karena saat sekolah kedokteran itu sangat sibuk sehingga berbeda dengan jurusan lain.
“Larang lah, jangankan adek saya dok, saya aja kalo bisa ngomong ke diri saya, saya larang diri saya dok. Pertama capek, no life, apalagi selama sekolah tuh no life banget kalo dibandingin sama temen sepantaran yang lain, jujur aja no life banget,” ungkap dr Sweety.
“Tergantung niatnya dok, kalo kayak aku yang cuma masuk kedokteran karena kepengaruh Drakor (Drama Korea), kayaknya mending gak usah,” jelas dokter Yovita.
Meski untuk menyandang gelar dokter itu butuh waktu yang tidak sebentar, salah seorang dokter mengatakan bahwa pilihan itu bergantung pada niat dalam diri masing-masing.
“Kayaknya aku lebih pilih tergantung dianya sih. Kalo misalnya emang dia tertarik buat belajar lama dan menolong orang, ya silahkan aja dokter,” ungkap Zhafira.