Buku Ini Rangkum Perjalanan 20 Seniman Mural Indonesia
- ist
JAKARTA – Buku berjudul Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists bertujuan untuk mendokumentasikan perjalanan panjang 20 seniman dan komunitas mural di Indonesia. Buku Crossing The Wall berisi 356 halaman dan ditulis dalam bahasa Indonesia oleh Seno Joko Suyono, Himli Faiq, dan Samuel Indratma.
Selain itu, buku ini juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Tjandra Kerto, Dwi Atmanta, dan Anton Kurnia. Buku ini menjadi sebuah karya monumental karena merupakan yang pertama di Indonesia yang menyajikan profil dan karya muralis secara komprehensif. Scroll lebih lanjut ya.
Buku ini mencatat perjalanan kreatif 20 seniman dan komunitas mural dalam berkarya dan berproses hingga menemukan karakteristik yang mewakili identitas masing-masing seniman.
Diantara nama-nama seniman yang diangkat dalam buku ini adalah Anagard, Apotik Komik, Andy Rharharha, Bayu Widodo, Bujangan Urban, Darbotz, Eko Nugroho, Emus Larmawata, Farid Stevy, Farhan Siki, Geger Boyo, Komunitas Pojok, Media Legal, Marishka Sukarna, Popok Tri Wahyudi, Sinta Tantra, Stereoflow, The Popo, Taring Padi, dan Wild Drawing.
Hilmi Faiq, kurator dan penulis buku Crossing The Wall menjelaskan, para seniman yang diangkat dalam buku ini dipilih berdasarkan pertimbangan karya-karya mereka yang menonjol, konsistensi dalam berkarya, kebaruan ide, serta dampak karya terhadap publik. Beberapa seniman bahkan telah menciptakan karya-karya yang menjadi ikon dan penanda tempat tertentu, seperti yang dilakukan oleh Darbotz dan Stereo Flow.
"Nama-nama tersebut kami kurasi dari ratusan seniman dengan pertimbangan antara lain kekaryaan, konsistensi, kebaruan, dan tema. Selain itu juga magnitude atau impak karya terhadap publik," ujar Kurator dan Penulis buku Crossing The Wall, Hilmi Faiq dalam keterangannya.
Proses pengumpulan data dan wawancara dengan para seniman dilakukan secara online karena situasi pandemi COVID-19. Wawancara ini dilakukan dengan santai dan penuh kegembiraan, yang menghasilkan pemahaman bahwa ada banyak seniman mural layak untuk dipublikasikan lebih luas dan diakui sebanding dengan muralis internasional.
Buku tersebut juga merupakan hasil kerjasama PT Mowilex Indonesia, produsen cat premium dan mitra cat resmi Museum MACAN dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Niko Safavi, CEO PT Mowilex Indonesia, menegaskan bahwa cat Mowilex telah lama menjadi pilihan para seniman mural sejak tahun 1980-an hingga kini.
Produk tersebut terkenal akan warna yang stabil dan ketepatan warnanya, sehingga menjadi pilihan utama dalam pembuatan karya mural. Namun, sebagai bentuk apresiasi lebih lanjut terhadap seniman mural, mereka memperkenalkan merek baru cat seni (lukis) bernama Pablo Art Paints.
Pablo Art Paints hadir dengan dua kategori, yaitu Cat Mural dan Cat Lukis. Produk pertama yang diluncurkan adalah Pablo Mural Paints, yang dirancang khusus untuk karya mural baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.