Jadi Petugas Haji, Mahasiswa Ini Terharu Bisa jadi Bagian dari Event Ibadah Terbesar Sedunia
- Ihsan Muhammad Taufiq
JEDDAH – Ihsan Muhammad Taufiq, mahasiswa dari Universitas King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi jurusan Hukum Dan Pendidikan Islam ini rela meluangkan waktunya untuk menjadi petugas haji dalam penyelenggaraan operasional ibadah haji 1444 H/ 2023 M.
Baginya, banyak pengalaman berharga yang ia peroleh selama menjadi bagian dari tim Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, 1444 H/ 2023 M daerah kerja (daker) bandara. Bahkan menjadi petugas di garda depan bandara adalah hal yang menyenangkan sekaligus menantang.
"Bandara itu poin kedatangan pertama jamaah ketika sampai di Arab saudi,sehingga harus memberikan pelayanan yang maksimal dan berkesan. Ya gak enak juga kan baru dateng udah bete sama pelayanan yang kacau," katanya tak ingin mengecewakan.
Pada 2022 lalu, Ihsan memang sempat pula menjalani amanah sebagai petugas haji. dan tahun ini ia mendapat kesempatan kedua untuk melayani para Duyufurrahman.
Jika sebelumnya ia ditempatkan di daker Mekkah, kini ia bisa mencicipi pengalaman untuk melayani para tamu tamu Allah di pintu kedatangan bandara. Jika tahun lalu jumlah jemaah hanya setengah dari jumlah jemaah tahun ini, dan presentase kepuasaan jemaah terhadap pelayanan haji tahun lalu mencapai 90 persen, kini menjadi tantangan tersendiri untuk memberikan pelayanan lebih baik.
Diakuinya banyak suka maupun duka yang ia rasakan selama menjalani tugas mulia ini. Apalagi, Ihsan merupakan mahasiswa yang jauh dari keluarga. Bisa bertemu dengan banyak orang yang sebangsa dan setanah air, apalagi dari daerah tempat tinggalnya Pekanbaru, bagai bertemu keluarga sendiri untuk Ihsan. Hal ini, katanya bagaikan obat rindu akan kampung halaman.
"Bisa ketemu bapak ibu, om, bibi dari seluruh Indonesia terkhusus dari tanah kelahiran Pekanbaru sedikit mengobati rasa rindu akan kampung halaman," katanya.
Mahasiswa kelahiran Pekanbaru 8 November 1999 ini bahkan merasa terharu saat menyaksikan langsung kedatanagan jemaah. Ketika pertama kali jutaan jemaah haji dari berbagai belahan dunia datang menapakkan kaki di Tanah Suci.
"Orang-orang yang mengaku menyerahkan diri kepada Tuhan datang berbondong-bondong, muda-tua kaya-miskin semua datang menyambut panggilan Nabi Ibrahim untuk memuliakan bangunan Kubus petak dari batu bernama Ka’bah. Mereka begitu percaya kepada Tuhan walau belum pernah melihat dengan mata kepala mereka sendiri," katanya haru.
Perjalanan ibadah ini sudah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Ihsan pun sangat senang bisa menambah keyakinan terhadap agama Islam. "Saya terharu bisa menjadi bagian dari event ibadah terbesar sedunia ini," katanya.
Meski bahagia, ada banyak juga momen menyentuh yang tak terlupakan untuk Ihsan. Yakni, saat melihat jamaah haji terlantar di hari-hari puncak musim haji (Armuzna) baik di Arafah-Mina dan Jamarat.
"Pernah satu kali ketemu jamaah yang dari pengakuannya jalan kaki dari Muzdalifah ke Jamarat dengan kondisi sakit gula dan luka di kaki. Belum makan dan kesusahan berjalan. Akhirnya kami bawa ke petugas kesehatan terdekat dan dibawa ke rumah sakit untuk dirawat," katanya.
Perjalanan Ihsan untuk menjadi petugas haji pun tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada sejumla kesulitan yang harus ia hadapi meski ini adalah pengalaman kedua baginya menjadi petugas haji PPIH Arab Saudi.
"Awal daftar jadi petugas haji daftar di KUH Jeddah, mengumpulkan berkas yang diminta online, kemudian pengumpulan berkas offline, tes tertulis dan terakhir wawancara. Kesulitannya ada di syarat khusus bagi pendaftar mahasiswa S1 harus melampirkan surat cuti serta surat izin bekerja dari kampus. Sempat ada miss-understanding tapi alhamdulillah akhirnya lancar dan akhirnya diterima," ujarnya.
Ihsan berharap, kesempatan menjadi petugas haji bisa terus berlanjut, agar ia bisa kembali menjadi pelayan tamu tamu Allah.