Tengah Naik Daun, Apa Itu Gaya Hidup Slow Living?

Ilustrasi Bahagia
Sumber :
  • pixabay

VIVA Lifestyle – Akhir-akhir ini, istilah slow living tengah naik daun di media sosial, pasca aktris senior Indonesia Lulu Tobing mengungkapkan bahwa ia tengah menjalani hidup dengan cara slow living. 

Pemerintah Naikkan PPN 12 Persen pada 2025, Netizen Protes Lewat Ajakan Frugal Living

Dengan popularitas media sosial, tren lifestyle memang tengah mendominasi internet, terutama pada platform yang berfokus pada kehidupan sehari-hari, seperti di TikTok dan Instagram. 

Seperti kebanyakan "tren" di media sosial, slow living sebenarnya bukanlah hal yang baru. 

3 Gaya Hidup Ini Bikin Dompet Anti Jebol dan Lebih Hemat, Berani Coba?

Ilustrasi bahagia.

Photo :
  • U-Report

Menurut Slow Living LDN, sebuah kelompok yang membantu orang memasuki gaya hidup yang lebih santai, dan tidak "tergesa-gesa”, slow living adalah gaya hidup dimana penganutnya menjalani kehidupan dengan tidak tergesa-gesa. 

LPKR Cetak Laba Bersih Rp 18,7 Triliun di Kuartal III-2024, Begini Kontribusi Segmen Gaya Hidup

Slow living atau menjalani kehidupan dengan lambat memiliki konsep tidak menyerah dengan kehidupan yang berjalan cepat, tapi lebih memperlambat dan fokus pada hal-hal kecil yang biasanya diabaikan, yang membuat kita bisa lebih bersyukur untuk tiap hal. 

Gerakan ini dimulai di Italia pada tahun 80-an oleh jurnalis bernama Carlo Petrini.

Awalnya ia membuat slow living bertujuan untuk melindungi tradisi makanan daerah sebagai tanggapan atas pembukaan McDonald's di pusat kota Roma, mendirikan gerakan yang dia beri nama "Slow Food" atau "Makanan Lambat", yaitu plesetan dari "makanan cepat saji" yang biasanya disajikan di restoran seperti McDonald's. 

Slow living adalah perpanjangan dari gerakan Slow Food. 

Dari sana, merambah ke beberapa faktor kehidupan lainnya seperti kebugaran, berkebun, bahkan interior interior. 

Seperti yang dikatakan LDN, slow living ini tentang mempromosikan gaya hidup yang "bermakna dan lebih sadar akan sekitar", mengurangi impulsif, dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk hal-hal yang tidak membuat kita bahagia. Ada juga penekanan untuk menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial. 

Slow living ditandai dengan menemukan kepuasan dalam hidup dengan "lebih hadir" bersama orang sekitar, meluangkan waktu untuk kesenangan hidup, dan memperkuat hubungan kita dengan alam melalui kehidupan ramah lingkungan. Slow living juga mendorong agar kita sedikit mengurangi pengunaan teknologi. 

Gerakan slow living adalah tentang melawan ekspektasi budaya yang hiruk pikuk: alih-alih melakukan sebanyak dan secepat mungkin, slow living lebih menekankan tentang melakukan sesuatu dengan lebih "sengaja", dan memprioritaskan apa yang memberi nilai di hidup kita.

"Hidup adalah apa yang terjadi di sini, saat ini, dan hanya dengan memperlambatnya kamu dapat menjalaninya sepenuhnya,” kata Carl Honoré, penulis In Praise of Slow dan beberapa buku lain tentang slow living.

Nah, bagaimana? Tertarik mencoba?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya