Lulu Tobing Mengaku Jalani Hidup Slow Living, Apa Itu?
- ANTARA/Teresia May
JAKARTA – Lama tak terlihat di layar kaca, aktris kenamaan Lulu Tobing belum lama ini menjadi bintang tamu dalam tayangan YouTube Melaney Ricardo. Dalam tayangan tersebut, Lulu Tobing bercerita tentang kehidupannya saat ini yang akhirnya ramai diperbincangkan publik yakni slow living.
Dalam wawancara itu, Lulu Tobing mengaku menikmati yang ada tanpa harus bersaing dengan orang lain.
"Gue enggak ada kerjaan, ya gue menikmati kerjaan gue yang sekarang ini. Gue enggak jadi sirik sama orang yang dipuja-puja. Gue bener-bener hidup gue slow banget. Gue enggak kompetitif, gue enggak ambisius, gue slow. Slow banget," kata Lulu Tobing mengutip tayangan YouTube Melaney Ricardo.
Lantas, apa itu slow living yang diterapkan dalam kehidupan Lulu Tobing? Melansir laman Slow living idn, slow living adalah pola pikir di mana seseorang menyusun gaya hidup yang lebih bermakna dan sadar yang sejalan dengan apa yang paling mereka hargai dalam hidup.
Artinya, mereka melakukan segalanya dengan kecepatan yang tepat. Alih-alih berusaha melakukan sesuatu dengan lebih cepat, slow livig berfokus pada melakukan sesuatu dengan lebih baik. Seringkali, ini berarti memperlambat, melakukan lebih sedikit, dan memprioritaskan dan menghabiskan jumlah waktu yang tepat untuk hal-hal yang paling penting bagi diri sendiri.
Dengan memperlambat dan dengan sengaja menempatkan nilai-nilai Anda yang sebenarnya di jantung gaya hidup, pola pikir slow living mendorong seseorang untuk hidup dalam kesadaran diri dan membuat keputusan yang sadar dan bertujuan untuk kepentingan kesejahteraan mereka dan planet ini.
Slow living menyangkal bahwa sibuk sama dengan sukses atau penting. Ini berarti hadir dan pada saat ini, merayakan kualitas daripada kuantitas, hidup dengan niat, sadar dan mempertimbangkan. Mengadopsi pola pikir yang slow living berarti mematikan autopilot dan memberi ruang untuk refleksi dan kesadaran diri.
Slow living berarti hidup lebih baik, bukan lebih cepat
Sebagai informasi, slow living adalah bagian dari gerakan melambat yang lebih luas yang dimulai pada 1980-an di Italia. Hal ini menyusul dengan pembukaan McDonald's di jantung kota Roma, Carlo Petrini. Kala itu, sekelompok aktivis membentuk Slow Food, sebuah gerakan yang mempertahankan tradisi makanan daerah.
Gerakan slow food kini memiliki pendukung di lebih dari 150 negara dan terus melindungi tradisi gastronomi, mempromosikan upah yang adil bagi produsen, mendorong kenikmatan makanan berkualitas baik, dan terlibat dalam aktivitas seputar keberlanjutan.
Carl Honoré, salah satu penulis dan pembicara paling terkenal tentang slow living, membantu membawa konsep slow living ke arus utama pada tahun 2004 dengan menerbitkan bukunya In Praise of Slowness. Honoré mengeksplorasi bagaimana slow food memicu gerakan slow living yang lebih luas dengan 'lambat' diterapkan ke area kehidupan lain yang telah mengalami percepatan besar, termasuk pekerjaan, mengasuh anak, dan rekreasi.
Sejak penerbitan buku, kecepatan hidup masyarakat terus meningkat, begitu pula kesadaran akan gerakan slow living. Saat ini, slow living, mode yang lambat, kebugaran yang lambat, berkebun yang lambat, interior yang lambat, desain yang lambat, pemikiran yang lambat, berita yang lambat, dan kerja yang lambat adalah contoh cabang lebih lanjut dari gerakan slow living. Semakin banyak orang mengakui bahwa lebih cepat tidak selalu lebih baik.