Seksolog: Perselingkuhan Terjadi Bukan Karena Ada Kesempatan, Tapi Niat!
- freepik
JAKARTA – Bak menjadi sebuah tren, kasus perselingkuhan kian menjamur di Indonesia. Tidak hanya publik figur dan artis, masyarakat umum juga tak jarang terjerat kasus perselingkuhan ini, baik menjadi korban atau pelaku.
Mirisnya, fakta terbaru yang diungkap oleh Seksolog, dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM), cukup mencengangkan. Menurutnya, perselingkuhan terjadi bukan karena ada kesempatan tapi memang murni niat si pelaku. Benarkah? Scroll untuk mengetahui penjelasannya.
"Sebetulnya, perselingkuhan itu terjadi bukan karena adanya kesempatan, memang niat pelakunya juga sih," ungkap dokter Haekal saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Yang tak kalah mengagetkan adalah, jika perselingkuhan terjadi berulang. Dokter Haekal mengungkap, hal itu sudah mengarah pada gangguan kejiwaan.
"Tapi, satu hal yang mesti kita pertegas di sini adalah kalau perselingkuhan itu terjadi satu kali, okelah, mungkin kita bisa bilang itu khilaf. Meskipun itu sebenarnya niat pelaku ya, bukan kesempatan. Tapi kalau dia selingkuh berkali-kali, dengan sejumlah orang, kemungkinan itu ada gangguan kejiwaan," ungkapnya.
"Misalnya, kepribadian yang memang dia narsistik dan sebagainya. Untuk bisa mengantisipasi ini supaya tidak terjadi perselingkuhan tentu yang paling utama adalah komunikasi mesti terus ditingkatkan, dipererat," sambungnya.
Menurut dr. Haekal, komunikasi di sini juga termasuk dalam hal seksualitas.
"Cobalah untuk mengeksplor seksualitas masing-masing. Saling mencoba posisi baru, suasana baru dan sebagainya. Kemudian penting sekali untuk kedua pihak sama-sama menjaga penampilan. Karena banyak nih, baik suami maupun istri yang sudah menikah tahun-tahun dan sudah punya anak, tidak lagi peduli pada penampilannya," pungkasnya.
"Misalnya, yang suami tambah gemuk, yang perempuan juga. Padahal penampilan ini merupakan bagian dari daya tarik seksual, yang juga bisa meningkatkan libido seseorang ketika melihatnya," tambahnya.
Lebih lanjut Haekal menjelaskan, yang tidak kalah penting untuk mencegah perselingkuhan adalah konsisten memegang komitmen yang dipegang sejak awal dengan pasangan.
"Ketika membina suatu hubungan, penting sekali komitmen itu dibuat di awal bahwa hubungan yang kita jalin ini, baik pacaran maupun pernikahan, tentukan hubungan ini hubungan yang eksklusif, monogami, atua non eksklusif," jelasnya.
Jika sejak awal komitmennya menjalin hubungan yang eksklusif dan monogami, maka kata Haekal, teruslah membina hubungan yang baik antara kedua belah pihak. Sama-sama membangun cinta, karena cinta tidak cukup hanya sekali, cinta itu harus dibangun dan dipupuk.
"Kalau sedari awal komitmetnya itu sifatnya non eksklusif, kalau andai kata berminat untuk menjalin hubungan dengan orang lain, selain dengan pasangan yang sah, bicarakan pada pasangan yang sah. Karena yang namanya perselingkuhan itu pasangannya enggak tahu kalau si suami atau si istri menjalin hubungan asmara dengan orang lain," pungkas dr. Haekal Anshari.