Ilmu dan Kebijaksanaan Tionghoa Agar Generasi Muda Saling Menghormati
- U-Report
VIVA Lifestyle – Sebuah organisasi formal non profit dengan nama WISE, yang didedikasikan untuk pendidikan ilmu dan kebijaksanaan Tionghoa secara resmi didirikan di Indonesia.
WISE dipelopori oleh Suhana Lim, tokoh dan ahli fengsui terkenal, yang aktif menulis berbagai buku fengshui. WISE sendiri diperkenalkan ke publik melalui gathering, Sabtu 25 Februari 2023 di cagar budaya Tionghoa Chandra Naya, Jakarta.
Acara peresmian WISE sekaligus gathering tersebut, dihadiri oleh masyarakat Tionghoa yang cinta budaya leluhur baik di Jakarta maupun dari luar negeri, yang khusus hadir. Selain itu, juga dimeriahkan dengan atraksi barongsai dan pameran barang seni dari kayu dan batik tradisional Indonesia.
"WISE adalah organisasi yang melestarikan dan merawat kebudayaan leluhur, karena budaya adalah karakter dan identitas bangsa," ucap Suhana, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum WISE, dalam Siaran Pers, Rabu 1 Maret 2023.
Dalam organisasi WISE, terdapat tokoh yang duduk sebagai penasihat yakni Drs Heru Purnomo – tokoh masyarakat dan budaya Solo yang juga Dewan Penasehat WPO (World Peace Organization). Kemudian, Hans Wibowo—atlet menembak internasional peraih medali emas dan Asian Games dan SEA Games, yang juga Vice President pada The World Peace Organization (WPO). Selanjutnya, Goenawan Widjaja — budayawan, pakar senior budaya Tionghoa, pemilik rumah kayu Goen, kurator perkayuan dan barang-barang seni.
"Dukungan yang hebat dari orang-orang yang bergabung dalam WISE dan kesamaan visi dan misi serta wawasan, diharapkan dapat terus memberi angin segar bagi perkembangan WISE untuk kelestarian budaya bangsa," ucap Suhana.
Disampaikan Suhana, WISE akan berperan untuk merawat dan memperkenalkan kepada generasi muda agar tidak lupa akan kekayaan leluhur bangsa, terutama ilmu-ilmu dan budaya masyarakat Tionghoa. WISE juga mengedepankan dan fokus di bidang pendidikan; tujuan jangka menengah dan panjangnya ialah memberikan beasiswa kepada generasi muda yang berpotensi.
Menurut Suhana, berdirinya WISE didasari pemikiran 3 (tiga) modal awal Chinese Overseas yaitu: “Bazi” dan atau “Feng Shui”, serta ajaran Khonghucu.
Tiga hal itu, adalah "modal" sukses yang menghantarkan mereka bermukim dibelahan bumi manapun di dunia termasuk Indonesia. Selain itu peranakan Tionghoa juga terkenal akan prinsipnya yang bersifat adil atau biasa disebut “cengli”.
Saat ini WISE sudah berkembang di beberapa provinsi di Indonesia, terutama di Jabodetabek, Cirebon, Jogya, Makasar, Surabaya, Palembang, Medan, Pontianak dan Tegal. Ia yakin, WISE akan semakin berkembang ke seluruh negeri.
"Kiprah WISE di tahun 2022 adalah rekor MURI untuk Great Achievement and Acknowledgement," kata Suhana.
Menurut Suhana, WISE mengadopsi konsep “Tian Ren Di”, di mana “Tian” adalah “Bazi” atau catatan mengenai energi perorangan, yang dipengaruhi saat seseorang dilahirkan. Sedangkan “Ren” adalah semua usaha atau aktivitas yang dilakukan seseorang semasa hidupnya, “Di” merupakan lokasi atau tanah di mana orang tersebut bermukim. Ini adalah yang umum dikenal sebagai "Feng Shui."
WISE berfokus pada pendidikan bagaimana seseorang atau “Ren” berusaha menjalani kehidupannya tanpa mengindahkan fakta keseimbangan YIN YANG melalui pendidikan yang dikenal sebagai Thick Black Theory atau “Hei Hou Xue”, di mana ajaran Konfusius mengajarkan seseorang untuk bersifat saling menghormati dan “cengli” antar teman, keluarga bahkan lingkungan sekitar .
Maka, kata Suhana, Thick Black berusaha untuk mengajarkan bagaimana bertahan memasang "tameng" atau Thick apabila sedang diserang atau ada pihak lain yang sedang berusaha bertindak merugikan terhadap diri kita, bahkan diajarkan pula untuk membalikkan serangan tersebut sebagai “Black” atau tindakan balik untuk memberikan efek jera sehingga tidak diulang lagi dikemudian hari.
"WISE adalah organisasi non-profit yang melestarikan dan merawat kebudayaan leluhur, karena budaya adalah karakter dan identitas bangsa. WISE akan berperan untuk merawat dan memperkenalkan kepada generasi muda agar tidak lupa akan kekayaan leluhur bangsa, terutama budaya masyarakat Tionghoa," jelas Suhana.