Geliat Setop Sampah Plastik Dorong Pelestarian Lingkungan dan Peluang Bisnis

Ilustrasi sampah plastik.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Indonesia tengah menghadapi salah satu tantangan lingkungan yang terbesar, yaitu polusi sampah plastik di laut. Indonesia adalah pencemar plastik terbesar kedua di dunia setelah China.

Sidak TPA Muara Fajar, Menteri LH Tegaskan Pemda Harus Gercep Tangani Masalah Sampah

Menurut World Bank, Indonesia menghasilkan hampir 8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya dan 5 juta ton di antaranya adalah sampah plastik yang tidak dikelola (World Bank, 2021).

Hal ini tentu menjadi ancaman darurat bagi lingkungan Indonesia, terutama perairan. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Dari Sungai hingga Laut, Dampak Polusi Plastik pada Ekosistem Perairan

Menanggapi permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia memperkenalkan model EPR (Extended Producer Responsibility) yang kemudian disahkan menjadi Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Melalui peraturan yang tertuang tersebut, maka produsen lokal pun wajib mengurangi sampah plastik mereka hingga 30 persen.

Kegiatan Tukar Sampah Jadi Susu, Berikan Peluang bagi Warga Menukar Botol Plastik Bekas

Siklus, sebuah perusahaan lokal yang memiliki fokus untuk menyelesaikan masalah ekonomi & lingkungan pun hadir dan memainkan peran penting yang dapat mendukung implementasi peraturan tersebut.

Melalui model e-commerce dan ritel yang berkelanjutan, Siklus mengumumkan pengembangan model bisnis sekaligus menyampaikan perjalanan bisnis dan dampak lingkungan yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir.

Guna mendukung langkah pemerintah Indonesia, Siklus memutuskan untuk lebih proaktif dan bekerja sama dengan instansi yang relevan, regulator, dan NGO. Pada 2022 kemarin, Siklus mulai bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk perancangan regulasi & informasi mengenai model isi ulang bahan kosmetik.

Siklus juga bekerja sama dengan dengan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) dan Partnering for Green Growth and the Global Goals 2030 (P4G) untuk membentuk grup Special Interest pertama di Indonesia yang berfokus pada reuse atau penggunaan kembali.

Selama beroperasi pada dua tahun pertama, Siklus fokus pada aktivasi pilot, riset, survei konsumen, dan pengembangan model bisnis. Tak hanya itu, meski hanya beroperasi di Jabodetabek, Siklus berhasil mengumpulkan pendapatan hampir 12,3 miliar Rupiah dan mencegah diproduksinya 17,6 ton plastik sekali pakai yang biasa kita gunakan sebagai kemasan produk sehari-hari.

“Berkat dukungan dari masyarakat, FMCG, dan pemerintah Indonesia, Siklus berhasil menunjukkan eksekusi dan dampak lingkungan yang luar biasa,” ujar Laksamana Sakti, Co-Founder & COO Siklus.

“Selama dua tahun terakhir, Siklus telah menjual lebih dari 400 ribu liter produk isi ulang rumah tangga ke lebih dari 18 ribu konsumen di area Jabodetabek dan mengumpulkan 1,5 juta USD.” lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya