Masalah Sampah Plastik Semakin Pelik

Ilustrasi sampah plastik.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Masalah sampah plastik di Indonesia tak kunjung usai. Terlebih, masih banyak produsen yang menggunakan plastik sekali pakai yang dibuat dalam kemasan sachet kecil. Hal ini terungkap dari hasil audit yang dilakukan di Kampung Siba, Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Gresik. 

Jokowi Kagum Lihat Produk Alpukat dan Gula Aren saat Kunjungi Desa Peron

Audit yang dilakukan oleh pegiat lingkungan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) dan berkolaborasi dengan beberapa komunitas pada Desember 2022 lalu menunjukkan, sampah plastik yang berada di Kampung Siba tidak terlepas dari kemasan-kemasan plastik atau sachet kecil yang digunakan untuk membungkus produk. Scroll untuk info selengkapnya.

Tonis Afrianto, Pegiat Zero Waste Ecoton, mengatakan, produksi plastik sekali pakai yang begitu masif tanpa adanya tanggung jawab perusahaan justru akan mempersulit capaian dari target pemerintah untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai. 

Kunjungi Bandung, Menteri LH Minta Komitmen Jawa Barat Memperbaiki TPA Sarimukti 

Ilustrasi Sampah Plastik

Photo :
  • ist

“Sampah plastik yang berada di Kampung Siba ini tidak lepas dari peran produsen dalam membuat kemasan-kemasan plastik atau sachet kecil untuk produknya. Karena produsen lah yang memproduksi, produsen jugalah yang seharusnya bertanggung jawab atas produksinya. Dengan begitu, sampah plastik ini tidak hanya menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Produsen pun harus terlibat,” kata Tonis dalam keterangannya, Selasa 24 Januari 2023. 

Menteri Lingkungan Hidup Optimis Dapat Tekan Angka Kebakaran Hutan dan Lahan 

Menurut dia, untuk menekan sampah plastik di lingkungan, produsen perlu mengambil peran dalam pengelolaan sampah, dengan mengambil kembali sampah produknya yang ada di lingkungan.

"Itu salah satu langkah yang harus dilakukan produsen,” tukasnya.  

“Ini menunjukkan bahwa peta jalan pengurangan sampah yang diserahkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) itu belum menggambarkan adanya kesediaan dari para produsen itu untuk bertanggung jawab atas sampah plastik yang ditimbulkan supaya kembali lagi ke mereka,” sambung dia. 

Sorotan terhadap kehadiran sampah sachet plastik di daerah Gresik Ini juga datang dari pegiat lingkungan cilik asal Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Aeshnina Azzahra Aqilani (15 tahun). Dia mengatakan hingga kini perusahaan terus membanjiri masyarakat dengan produk-produk kemasan plastik sekali pakai yang sudah jelas-jelas akan membebani pemerintah dalam penanganan sampahnya serta mewariskan pencemaran sampah kepada generasi yang akan datang.   

"Saya sering melakukan audit sampah plastik di sungai dan pantai, menemukan sebagian besar sampah yang tercecer adalah produk dan kemasan plastik sekali pakai seperti tas kresek, kemasan sachet, popok, styrofoam, sedotan dan botol plastik," ungkapnya.   

Ilustrasi sampah plastik di laut.

Photo :
  • U-Report

Jadi, dia berharap agar produk dan kemasan plastik sekali pakai harus dikurangi dengan menegakkan aturan mewajibkan produsen bertanggung jawab atas penanganan sampah produknya dan mewajibkan perusahaan mengurangi produksi sampah plastiknya, sesuai amanat pasal 15 Undang Undang 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.  

“Perusahaan harus berhenti menjual produk dalam kemasan sachet multilayer dan styrofoam yang tidak dapat didaur ulang, dan mengganti dengan penjualan kemasan pakai ulang dapat diisi ulang untuk produk makanan minuman dan keperluan rumah tangga di semua kawasan pendidikan, bisnis, permukiman, perkantoran dan wisata,” katanya. 

Dia pun untuk kedua kalinya telah mengirimkan surat kepada Presiden RI Joko Widodo untuk lebih mendorong pemerintah dalam penanganan sampah. Sebelumnya, Aeshnina Azzahra juga pernah mengirim surat kepada Presiden pada bulan Februari Tahun 2022 lalu, terkait sampah impor yang menumpuk dan tercecer serta dibakar di lingkungan sekitar pabrik daur ulang kertas dan plastik di Mojokerto, Sidoarjo, dan Gresik, yang dekat dengan rumahnya. Sayangnya, surat tersebut belum mendapat jawaban dari Jokowi hingga sekarang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya