Krisis Air Bersih, Makassar Ubah Air Hujan Jadi Air Minum

Tallo, Makassar ubah air hujan jadi air minum.
Sumber :
  • Ist.

VIVA Lifestyle – Proyek Makassar Je'ne Tallasa bertema Mariki Wujudkan Masyarakat Sehat dengan Air Bersih, diluncurkan oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) bersama changemakers dari Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE). 

5 Teknologi Global yang Harus Diadopsi di Indonesia

Proyek gotong-royong ini menerapkan teknologi inovatif yang mengolah air hujan menjadi air minum, dipadu dengan edukasi yang membangun kemandirian masyarakat Tallo, Makassar. Scroll untuk info selengkapnya. 

Kecamatan Tallo merupakan satu dari lima kecamatan yang mengalami krisis air bersih di Makassar pada 2021. Para changemakers dari Celebes Green Project, Terra Water, dan Kopernik mengidentifikasi kerugian warga Tallo yang diakibatkan krisis ini. 

48 Tahun Taiwan Technical Mission di Indonesia, TETO Dorong Peningkatan Kerja Sama Sektor Pertanian

Demi air gratis, waktu harus rela terbuang dan kesehatan pun dipertaruhkan. Warga perlu menempuh jarak hingga satu kilometer menuju sumur air komunal, dan mengantre hingga 2-3 jam untuk mendapatkan air yang tidak layak. Sedangkan untuk mendapatkan air bersih, warga mesti membeli air dari depot dan merogoh kocek sampai Rp300 ribu per bulan.

Ilustrasi Krisis Air Bersih Melanda Indonesia

Photo :
  • ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Egi-Syaiful Siap Latih dan Damping Pedagang Lampung Selatan Adaptasi dengan Teknologi

Permasalahan krisis air bersih di Tallo mengganggu perekonomian, kesehatan, dan kehidupan sosial masyarakat sehingga dibutuhkan solusi yang tepat. Melihat kondisi tersebut, Monica Oudang, Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa, turut berkomentar. 

"Sejalan dengan komitmen CCE untuk mewujudkan solusi yang sistemik dalam menangani permasalahan air di Indonesia, YABB dan changemakers hadir untuk mewujudkan akses air bersih melalui kolaborasi, teknologi, dan edukasi," ujar Monica dalam keterangannya, Jumat 2 Desember 2022. 

Walikota Makassar Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto turut mengapresiasi atas sumbangsih solusi berbasis ekosistem untuk mengubah air hujan jadi berkah. 

"Air sebagai penentu derajat kesehatan, tapi juga menjadi permasalahan dunia termasuk di Tallo, apalagi dipengaruhi oleh cuaca ekstrem. Di musim kemarau, Tallo mengalami kekeringan dan masyarakat harus mengantre air lebih lama dan membeli dengan harga lebih mahal," ungkapnya. 

"Sedangkan ketika musim hujan, air hujan dan luapan muara sungai menjadi mubazir karena hanya membanjiri sebagian area Tallo tanpa dimanfaatkan," sambung dia. 

Direktur Utama Perumda Air Minum Kota Makassar Beni Iskandar menjelaskan penyebab dari permasalahan air bersih adalah jaringan perpipaan yang tidak merata sehingga pelayanan di Tallo kurang maksimal, serta pasokan air tanah yang tidak stabil dan ‘berkualitas buruk’. 

"Saat ini, pemerintah Kota Makassar melalui Perumda Air Minum Kota Makassar masih terus memperbanyak program air bersih gratis dengan menyediakan armada tangki air bersih sebagai solusi jangka pendek di beberapa area prioritas. Kami pun berterima kasih atas kolaborasi di proyek ini yang bersatu mendukung pemerintah," kata dia. 

Perwakilan Changemakers Makassar Je'ne Tallasa, Indah Febriany, mengatakan, ada tiga solusi utama yang digunakan untuk mengubah air hujan menjadi air minum ini. 

"Kami berkolaborasi dengan Tametotto untuk menerapkan teknologi pemanenan air hujan (PAH) bawah tanah dengan kapasitas besar, yaitu 160.500 liter. Alhasil, saat teknologi ini bekerja dengan kapasitas penuh, pasokan air bersih diestimasi bisa mencukupi 100 keluarga per hari," paparnya. 

Teknologi yang dibangun di area sekitar Kompleks Makam Raja-raja Tallo ini dinilai mampu mengurangi genangan air akibat curah hujan tinggi maupun luapan muara sungai di daerah padat penduduk dengan resapan air yang minim. 

"Dengan jarak hanya 100 meter dari pemukiman, sumber air ini juga mampu menghemat waktu para perempuan dan anak-anak yang mengambil air setiap hari. Hal ini bisa memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan produktif seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan," tuturnya. 

"Solusi kedua adalah pembangunan teknologi filtrasi air menggunakan pot keramik lokal Terra Water. Teknologi penyaringan air ini akan membantu 100 rumah tangga dan 37 sekolah mengurangi risiko terjangkit penyakit yang disebabkan oleh air minum tidak layak konsumsi seperti diare dan tifus,” sambungnya. 

Indah dan para changemakers paham bahwa infrastruktur teknologi tidak bisa berdiri sendiri. Untuk itu, solusi ketiga yang dijalankan adalah edukasi dan kampanye tentang air, sanitasi, dan kebersihan, serta pemeliharaan sistem pengolahan air bersih. 

"Edukasi ini menyasar tokoh masyarakat, keluarga, dan sekolah di wilayah tersebut. Kami berharap edukasi ini akan meningkatkan pemahaman serta mengubah perilaku masyarakat mengenai pentingnya menggunakan air bersih dan konsumsi air minum aman, dan bagaimana bertanggung jawab dalam menjaga kualitas air,” ucap Indah.

Direktur Pusat Kajian Rekayasa Sumber Daya Air Universitas Hasanuddin Dr. Eng. Ir. Rita Tahir Lopa, M.T., berharap proyek pengelolaan sumber daya air ini mampu mengurai isu kekeringan, banjir, dan kualitas air yang kompleks dan mendesak. 

"Kecamatan berpenghuni 148.228 jiwa ini dilalui Sungai Tallo yang merupakan salah satu sumber pasokan air Kota Makassar. Namun, kecamatan ini memiliki kelurahan dengan potensi kekeringan terbanyak di Makassar, terutama saat kemarau. Hal ini jelas memperlihatkan adanya kebutuhan akan solusi yang tepat," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya